Lihat ke Halaman Asli

Denok Hanum Pratiwi

Perencanaan Wilayah dan Kota

Pariwisata Pendorong Perekonomian Kota Banyuwangi

Diperbarui: 5 September 2023   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak tahun 2001, Indonesia telah menerapkan Otonomi daerah sesuai dengan diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 dan telah disempurnakan dengan UU No. 32 tahun 2004. Dengan UU tersebut pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengelola potensi yang dimiliki oleh daerahnya sendiri dan dapat bertanggung jawab atas pengawasan dalam pengelolaan potensi tersebut. Harapannya dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah bisa lebih efektif dalam pengelolaan daerahnya untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dan dalam hal ini kota Banyuwangi memfokuskan pembangunan sebagai kota pariwisata internasional.

Kota Banyuwangi, kota yang kerap dijuluki sebagai kota gandrung merupakan kota dengan berbagai keunggulan di bidang perekonomian utamanya pada sektor pariwisatanya. Banyuwangi memiliki beberapa tempat wisata yang menjadi ikon dan unggulan bagi kota Banyuwangi sendiri, diantaranya adalah Pantai Sukomade, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo, Pantai Pulau Merah, Pantai Plengkung, Kawah Ijen, dan masih banyak lagi tempat-tempat wisata yang dapat dikunjungi jika sedang berada di Banyuwangi.

Beberapa tahun terakhir, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur terus memacu pengembangan pariwisata karena sektor tersebut dinilai dapat ikut menjadi pengungkit sektor perekonomian di Banyuwangi. Sektor pariwisata di kota Banyuwangi dikembangkan karena terbukti sangat efektif dalam memajukan ekonomi yang juga mendongkrak penghasilan masyarakat sekitar kawasan tempat wisata. Contohnya pariwisata di Pulau Merah, objek wisata pantai di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Di kawasan wisata Pulau Merah sendiri dilarang ada yang mendirikan hotel, hal ini bertujuan agar masyarakat sekitar Pulau Merah bisa membuka homestay untuk wisatawan umum yang nantinya akan berimbas pada penghasilan masyarakat sekitar Pulau Merah menjadi meningkat.

Selain Pulau Merah, Banyuwangi juga memiliki tempat wisata alam yang sangat terkenal hingga manca negara yaitu Kawah Ijen. Kawah Ijen sendiri terkenal dengan keunikannya yang memiliki fenomena blue fire yang bisa disaksikan sebelum matahari terbit. Fenomena langka ini berasal dari gas belerang yang memiliki tekanan tinggi yang menyembur dari celah-celah bebatuan dengan suhu mencapai hingga 600 derajat celcius. Sementara warna birunya sendiri dihasilkan dari proses pertemuan gas belerang dan udara di sekitar kawah. Karena fenomena alam ini, akhirnya Kawah Ijen menjadi destinasi wisata yang wajib di datangi ketika berada di Banyuwangi. Kawah Ijen memiliki kaldera seluas 5.466 hektare dengan kedalaman 200 m, hal itu membuat Kawah Ijen disebut kaldera terluas di pulau Jawa. Kaldera ini biasanya terbentuk dari erupsi eksplosif yang sangat dahsyat, sehingga menyebabkan runtuhnya puncak gunung.

Lalu apa efeknya untuk perekonomian masyarakat sekitar?                 

Jadi, karena fenomena tersebut bisa mendatangkan banyak wisatawan, masyarakat memanfaatkannya untuk kegiatan ekonomi perdagangan. Jika kita sedang berlibur di Kawah Ijen, kita akan sering menemui penjual makanan dan minuman. Mereka yang berjualan merupakan masyarakat lokal di kawasan kawah Ijen. Tandanya, tempat wisata yang dikelola oleh pemerintah, hasilnya juga bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat sekitar.

Apakah hanya itu saja sektor pariwisata pendorong ekonomi di Banyuwangi?

Tentu saja tidak. Masih banyak sekali sektor pariwisata di Kota Banyuwangi yang juga turut menjadi pendorong perekonomian daerah. Jadi pantai ini adalah pantai yang sangat terkenal dengan arus ombaknya yang paling dicari oleh peselancar. Pantai Plengkung, lebih dikenal dengan nama G-Land merupakan pantai yang terletak di kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi.

Pantai Plengkung diakui sebagai spot surfing terbaik di Asia Tenggara dan ombaknya termasuk dari tujuh ombak terbaik di dunia. Ombak di Pantai Plengkung sangat besar dan konsisten merupakan hasil pengaruh arus antartika, yang terbawa oleh Samudera Hindia. Selain di Pantai Plengkung, ombak sebesar itu hanya ada di Hawai dan Afrika Selatan. Dan puncak kedatangan ombak terjadi pada bulan April hingga bulan Agustus. Dengan potensi yang dimilikinya, tak ayal Pantai Plengkung pun menjadi surga bagi para peselancar professional dunia.

Hal ini tentunya akan mendatangkan ladang penghasilan bagi masyarakat sekitar yang nantinya akan mendatangkan pundi - pundi rupiah. Berbagai kegiatan ekonomi dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar, seperti penyewaan payung pantai, berjualan camilan hingga makanan berat, berjualan minuman, berjualan cendera mata khas Pantai Plengkung, jasa pengambilan gambar, dan masih banyak lagi kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar.

Jika Pantai Plengkung terkenal dengan arus ombaknya yang selalu dicari oleh wisatawan lokal maupun manca negara, lain halnya dengan Pantai Sukomade yang terkenal dengan wisata konservasi penyu. Pantai Sukomade yang masih bagian dari Taman Nasional Meru Betiri ini menawarkan pengalaman luar biasa yaitu bisa melihat penyu bertelur di malam hari. Langkah konservasi ini sendiri dilakukan supaya populasi dan ekosistem penyu yang ada di Pantai Sukomade bisa terjaga. Karena jika dibiarkan terkubur di pantai, maka telur - telur tersebut rawan di mangsa oleh hewan liar maupun manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline