Meski tatapan matanya tajam, namun senyumnya selalu ramah mengembang. Kameja hitam dipadu dengan celana jens belel serta sebuah tas besar dengan warna pudar termakan sinar matahari bertengger dibahunya yang kokoh.
Duduk berbaur dengan sejumlah peserta lain di deretan kursi belakang membuat sosoknya seperti pria kebanyakan. Namun siapa menyangka dia adalah sosok seniman besar asal Bali, I Wayan Sujana "Suklu" dengan karya drawing yang tidak biasa.
Jika seniman kebanyakan menuangkan idenya dalam sebuah kanvas, namun bagi suklu sapaan akrabnya ia berkaya dan menuangkan ide dengan media kertas dalam sebuah novel bekas. Pria kelahiran Klungkung Bali pada 6 Februari 1967 ini mengaku menuangkan ide idenya dalam bentuk lukisan di lembar lembar novel yang sudah dibaca oleh siapa saja.
"saya senang melukis diatas yang memiliki sejarah. Dan novel juga memiliki sejarah karena sudah dibaca oleh pemiliknya. Lalu saya menggambar di novel tersebut" ungkap suklu saat ditemui di salah satu acara seminar dan pameran senirupa dengan bahan dasar kerta di di Aula Barat ITB.
Perbincangan pun terus mengalir bersama dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini. meski ia senang membaca, namun dalam menuangkan idenya tidak pernah terpengaruh dengan isi novel bahkan bisa berjauhan antara gambar dengan isi novel tersebut. bagi dirinya dalam sebuah novel mengandung buah perenungan yang merangkum energi penciptaan dari sang sastrawan.
Lembar demi lembar dari kertas novel dan tipografi kalimatnya yang dikandungnya memiliki ke khasan tersendiri, sehingga menggoda sang seniman ini untuk melakukan penjelajahan dengang goresan goresan dengan alat lukis carkul/arang untuk menghasilkan bahasa rupa yang kaya akan makna. Pemilihan carkul inipun merupakan hasil pencarian sang seniman selama 15 tahun.
Bagi seorang suklu, novel itu seperti sebuah tubuh, sedangkan cover adalah wajah dan lembar demi lembar halaman merupakan badan. Dan ruh dari novel itu adalah pengarangnya. Karyanya digoreskan dalam lembar lembar kosong dalam sebuah novel dengan bentuk imajinatif yang ada dalam ruang ketidaksadaran.
Dirinya meyakini ada berbagai entitas yang terperangkap dalam novel, dan karyanya hadir untuk melengkapi entitas entitas terperangkap itu.
Entitas Yang Terperangkap Dalam Novel
Naskah Sastrawan
Untuk melakukan komunikasi dengan sastrawan digunakanlah media kertas dalam novel ini dengan membuat fiksi visual. Dan hal ini menjadi dasar dari Seniman Suklu membuat karyanya.