Tak ada yang tak mungkin dalam sepakbola. Itu yang dilakukan timnas Indonesia saat menjungkalkan tim kuat Thailand di leg pertama Final Piala AFF 2016 di Pakansari, Bogor, Jawa Barat. Thailand yang penuh pujian, tak terkalahkan hingga ke final akhirnya terjungkal dengan skor 2-1 oleh timnas Garuda. Perjalanan Indonesia di Piala AFF tahun ini mirip dengan perjalanan Timnas Portugal di Piala Eropa 2016.
Terseok-seok di babak penyisihan grup, tidak bermain bagus namun mampu menembus babak final. Pada partai final, gambaran itu makin mirip dengan kostum yang dipakai. Indonesia dengan jersey merah mirip Portugal dan Thailand dengan kostum biru, mirip Prancis. Di menit ke-19, andalan Indonesia, Andik Vermansyah terpaksa ditarik keluar karena mengalami cedera. Thailand kelihatannya tahu kalau Andik adalah pemain berbahaya dan harus dijaga ketat.
Babak pertama Thailand unggul 1-0. Dan sepertinya Thailand akan mampu mencapai target mereka, mencuri poin di kandang Timnas Garuda. Namun itulah Timnas Indonesia, selalu membuat yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin. Pelatih Thailand, Kiatisuk Senamuang pernah mengatakan terkejut saat mengetahui Indonesia yang lolos ke babak semifinal, bukan Singapura.
Di babak kedua, Indonesia mampu menceploskan dua gol lewat Rizky Pora dan bek Hansamu Yama. Ini juga menjadi gol kedua bagi Hansamu yang sempat tidak dimainkan di pertandingan pertama dan kedua. Satu gol yang dibuat Thailand menjadi tabungan penting bagi mereka. Indonesia dengan kemenangan 2-1 mengulang hasil yang didapat seperti saat melawan Vietnam di semifinal. Thailand cukup menang 1-0 untuk mempertahankan gelar sekaligus membuat rekor sebagai tim terbanyak memenangi Piala AFF. Saat ini mereka masih berbagi angka 4 bersama Singapura.
Bagi Indonesia, hasil imbang saja, berapa pun skornya, akan membuat Indonesia menjadi juara untuk pertamakalinya. Maka mau tidak mau, Indonesia jika bisa harus mencetak gol ke gawang Thailand di Stadion Rajamangala nanti. Satu gol akan membuat Thailand kelabakan karena harus mencetak tiga gol untuk menjadi juara. Indonesia, kalah pun masih bisa juara asal kalah dengan selisih satu gol dan mencetak dua gol atau lebih. Artinya, kalah 2-3 atau 3-4, juara masih akan diraih Indonesia.
Sejauh ini Thailand adalah tim yang kuat. Gawang mereka tak mampu dibobol tim lawan kecuali Indonesia. Empat gol yang bersarang ke gawang T. Kawin seluruhnya berasal dari tendangan pemain-pemain Indonesia. Luar biasa. Alfred Riedl kemungkinan akan kembali menggunakan skema leg kedua seperti melawan Vietnam demi mengamankan keunggulan agregat 2-1.
Namun, kali ini Indonesia tidak boleh lengah sedikit pun. Belajar dari pengalaman melawan Vietnam, penguasaan bola yang timpang, 27 : 73, Indonesia masih bisa memetik hasil imbang 2-2. Namun kebobolan 2 gol saat tim lawan hanya bermain 10 orang, sama sekali tidak boleh terulang lagi. Thailand yang akan bermain di depan publik sendiri, tentunya akan berbeda dengan Thailand yang turun di Pakansari. Apalagi beberapa pemain mereka yang kurang bugar kemungkinan akan fit dan kembali merumput. Melawan tim kuat seperti Australia saja, jika bermain di Rajamangala, Thailand sanggup memetik hasil seri.
Alfred Riedl kembali harus memutar otak untuk minimal menahan gempuran-gempuran Pasukan Gajah Perang. Duet Hansamu Yama dan Manahati Lestusen, serta peran bek Fachrudin sepertinya masih menjadi pilihan terbaik. Sejak penampilan Hansamu dan Lestusen yang masuk karena akumulasi kartu kuning Yanto Basna dan Fachrudin di partai lawan Singapura, nampaknya sudah menjadikan pertahanan Indonesia lebih aman dibanding sebelumnya.
Di sektor serangan, kondisi Andik Vermansyah masih fifty-fifty. Jika bisa bermain, Andik masih bisa memberikan kontribusi. Jika tidak bisa turun, pilihan berada pada Zulham Zamrun. Indonesia sebenarnya masih punya simpanan satu penyerang di tangan Mukhlis Hadi Ning Syaifullah. Ia dipanggil di detik-detik akhir ketika Irfan Bachdim cedera. Mukhlis layak diberikan kesempatan saat pilihan lain buntu. Di semifinal leg pertama.
Thailand memberikan pressing ketat pada Boaz Solossa. Jika dimainkan dengan dua striker, setidaknya Thailand akan butuh banyak tenaga jika harus menjaga Boaz dan Mukhlis. Di sektor tengah, Lilipaly kemungkinan masih bisa dimainkan. Alternatif tentu saja pada diri Evan Dimas. Evan Dimas bisa memberikan kerepotan di lini tengah Thailand sekaligus diharapkan bisa menyambungkan lini belakang dan lini depan.
Ini akan mengingatkan kita pada timnas U-19 yang sudah pernah merasakan juara Piala AFF U-19. Apa pun pilihan Alfred Riedl, kita harus angkat topi padanya. Dengan tim yang kurang sempurna, ia bisa membawa Timnas Indonesia ke babak final dan memenangi leg pertama final. Setidaknya, Indonesia akhirnya bisa mengalahkan tim kuat Thailand yang sangat perkasa di tahun-tahun terakhir.