Lihat ke Halaman Asli

Berhaji dari Negara Lain? Why Not?

Diperbarui: 21 Agustus 2016   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: wartakota.tribunnews.com

Sebanyak 177 warga Indonesia kedapatan berhaji dengan paspor Filipina. Berita ini menjadi perhatian media-media di Indonesia sejak kemarin. Saya juga kaget dengan berita ini. Biasanya, WNI berhaji dari negara lain, ini kok menggunakan paspor negara lain.

Dalam live by phone dengan Irjen Kementerian Agama, M. Jasin, di program Primetime BeritaSatu Hari Sabtu (20 Agustus 2016), kasus ini ditengarai bukan hanya kali ini saja terjadi. Jasin tidak menampik bahwa penyebabnya adalah lamanya waktu menunggu giliran berhaji di Indonesia. Saat ini, untuk haji reguler, antrean bisa mencapai 15 sampai 25 tahun. Sementara untuk Haji Plus bisa sampai 5 tahun. Haji khusus bisa langsung berangkat namun dengan biaya yang sangat mahal, antara 250 juta hingga 300 juta per orang.

Kasus 177 WNI yang berhaji dengan menggunakan paspor Filipina membuka mata kita semua betapa tingginya peminat haji dari Indonesia. 

Filipina Interogasi 177 Jemaah Haji Indonesia Pengguna Dokumen Palsu. Sumber: internasional.kompas.com

Pada musim haji 2015 lalu, saya satu pesawat dengan rombongan Filipina. Tidak seperti jamaah Indonesia yang menempuh perjalanan langsung ke tanah air, jamaah Filipina harus terbang berliku. Dari Jeddah ke Abu Dhabi, lalu ke Kuala Lumpur dan Manila. Mereka sangat kagum mendengar jumlah jamaah haji Indonesia tahun lalu lebih dari 156 ribu orang. "Jamaah Filipina hanya 8 ribu," kata mereka.

Bisa dimaklumi karena jumlah penganut muslim di Filipina memang bukan mayoritas. Masih menurut M. Jasin di BeritaSatu, kemungkinan kuota jamaah haji Filipina tidak semua terisi, dan inilah yang dimanfaatkan dengan menawarkannya pada warga Indonesia. Meski biayanya hampir sama dengan Haji Plus, mereka bisa langsung berangkat.

Jamaah haji asal Indonesia di Arab Saudi memang mendominasi. Mereka terlihat di semua sudut kota Madinah dan Mekkah. Tak jarang toko-toko di sana memanfaatkannya dengan memajang tulisan Bahasa Indonesia untuk menarik pembeli asal Indonesia. Bukan itu saja, kita juga biasa menemukan jamaah Indonesia yang berangkat dari negara lain.

Tahun 2015 di Masjid Nabawi Madinah, perhatian saya tertuju pada rombongan anak-anak muda dengan tas bergambar lambang negara Korea Selatan. Dalam batin saya, luar biasa Korea Selatan bisa memberangkatkan jamaah yang muda-muda. Usai salat Subuh, saya kembali bertemu mereka di pengajian berbahasa Indonesia di sudut Masjid Nabawi. Penasaran, saya sapa mereka dengan Bahasa Inggris. Eh, mereka malah menjawab dengan Bahasa Indonesia. Ternyata mereka adalah pekerja Indonesia di Korea Selatan yang berangkat haji lewat travel di sana. Menurut mereka, biaya haji sekitar 90 sampai 100 juta mereka pilih dibanding harus antre bertahun-tahun di Indonesia.

Di lain waktu, saat menanti teman di depan Hotel Hilton Madinah, saya disapa jamaah haji lain. Ternyata dia adalah warga Indonesia yang berangkat haji dengan rombongan Inggris. Teman itu dan istrinya berangkat dari Inggris karena sedang studi di Inggris. Biaya haji mereka juga sekitar 100 juta. Sejak saat itu, saya jadi sering mengamati rombongan haji negara lain.

Dan benar, selalu ada saja warga Indonesia bersama mereka. Rombongan Australia, Jepang, Kanada bahkan Amerika Serikat. Umumnya mereka datang dari negara-negara yang kuota hajinya tidak mengalami antrean panjang seperti di Indonesia. Karena jumlah mereka sedikit dan dikelola travel, mereka umumnya mendapat penginapan yang bagus di hotel terkenal. 

Tingginya peminat haji memang membuat antrean menjadi lama. Namun antrean di Indonesia masih lumayan dibanding beberapa negara lain. Ada negara yang waktu antreannya bisa mencapai 50 tahun karena sedikitnya kuota haji yang negara mereka peroleh. Akibatnya, warga negara itu sudah harus didaftarkan berhaji saat lahir, kecuali ia berangkat dengan haji khusus berbiaya mahal. Tak aneh jika banyak negara yang usia jamaahnya tua-tua karena faktor lamanya waktu tunggu tersebut. Mereka justru senang melihat jamaah Indonesia yang masih banyak diisi wajah-wajah muda dan fisik yang kuat.

Menunaikan ibadah haji adalah panggilan Allah. Namun tak usah pula dipaksakan sampai mengganti paspor segala kan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline