Lihat ke Halaman Asli

Pantai di Tangerang, Ya Tanjung Pasir...

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran kali ini kami menghabiskan waktu dengan berkunjung ke Pantai Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang, Banten. Awalnya kami mengetahui keberadaan pantai ini dari teman. Namun saat itu, yang terbayang di benak kami, adalah sebuah pantai yang sepi dan masih asri…

Dengan memberanikan diri, akhirnya kami pergi mencari keberadaan pantai tersebut. Modal kami hanya satu, yakni keterangan teman yang mengatakan posisi pantai itu ada di dekat Bandara Soekarno-Hatta. Dari Jalan Hasyim Ashari, Pinang, kami terus menuju bandara. Di ujung jalan, belok kanan kea rah kom pek kantor Walikota Tangerang. Dari sana, lurus terus ke arah Jalan Marsekal Surya Dharma.

Bandara sudah terlewati, namun belum ada tanda-tanda jalan menuju Tanjung Pasir. Yang ada baru penunjuk jalan menuju Teluk Naga. Kami ikuti terus jalan itu, dengan asumsi, Teluk Naga pastilah sebuah kawasan pantai, dan Tanjung Pasir mungkin ada di sekitar sana.

Benar saja, saat sampai di kawasan Teluk Naga, sudah ada penunjuk jalan yang mengarah ke Tanjung Pasir. Kami ikuti jalan besar saja. Hingga akhirnya masuk ke perkampungan yang jalannya parah. Kecil dan tak beraspal. Sebuah kondisi yang tragis bagi sebuah kawasan pariwisata.

Sepedamotor kami mulai memasuki kawasan pantai. Bau pantai sangat khas. Tiba-tiba di tepi jalan sudah banyak pemuda berseragam, yang mengarahkan sepedamotor kami untuk belok kiri ke tempat parkiran. Dari seragamnya ada bacaan “Tanjung 88”. Rupanya itu sebuah kawasan parkir. Aku terkejut saat petugas parkir menyebut harga 10.000. Yang benar saja, masa parkir saja sampai semahal itu.

Dia mencoba menjelaskan, bahwa harga 10 ribu itu, sudah termasuk biaya masuk kawasan wisata untuk dua orang dewasa. Anak-anak gak dipungut bayaran. Ya, sudahlah… bayar saja…

Kami masuk, disana banyak sekali mobil dan motor yang sudah parkir. Di ujung kawasan itu ada beberapa kapal untuk menyeberang ke Pulau. Katanya sih, pulau Untung. Orang-orang banyak yang duduk di tepi pantai sambil makan makanan ringan. Beberapa orang siap-siap menyeberang dengan kapal kayu. Aku nggak sempat bertanya berapa ongkosnya, karena memang gak berminat untuk menyeberang.

Aku penasaran, apanya yang mau dilihat disini? Bayar 10 ribu hanya untuk ini saja?

Di ujung kawasan ‘Tanjung 88’ ada sebuah tembok, disitu ada jembatan bambu yang banyak dilewati orang. Kami penasaran, ada apa di balik tembok??

Ya Allah, di balik tembok itu ternyata kawasan wisata yang sebenarnya. Ada pantai dan pedagang berjualan. Ramai sekali dan pantainya panjang. Nggak seperti di “Tanjung 88” yang cuma tempat menunggu kapal berangkat doing….

Akhirnya kami menyeberang ke balik tembok…

Uppsss… tiba-tiba seorang petugas penjaga disana mendekat. Dan ia minta bayaran. Katanya, kami harus bayar lagi 5 ribu rupiah karena masuk kawasan wisata. Dewasa 2.500 per orang… Menurutnya, kawasan itu adalah kawasan wisata yang sebenarnya. Seharusnya kami tadi jangan langsung berhenti, lurus saja sampai ke ujung dan parkir di ujung. Akhirnya kami tahu juga, ternyata kami sudah dikerjai oleh petugas-petugas di Tanjung 88. Kami akhirnya bayar 5 ribu dan berjalan menyusuri pantai. Ternyata ini yang sebenarnya lokasi wisata di Tanjung Pasir.

Di tengah pantai berpasir yang penuh dengan sampah, masih banyak anak-anak dan orang tua yang mandi-mandi. Di pinggir pantai, pedagangnya ramai sekali. Mungkin karena lagi lebaran. Jumlah pedagang malah seperti lebih banyak dibandingkan pengunjungnya. Kami terus menyusuri hingga ujung pantai. Disana ada plang bertuliskan larangan mandi di pantai,namun tetap saja masih banyak yang mandi-mandi.

Habis menyusuri pantai, kami balik dan perut pun sudah mulai lapar. Ingat cerita teman dulu, yang mengatakan disini bisa makan ikan bakar yang masih segar. Akhirnya kami singgah di sebuah warung yang pelayannya sedang membakar ikan di pinggir pantai. Dari sekian banyak warung ikan disana, anehnya Cuma yang satu ini saja yang membakar ikan. Mungkin Cuma mereka yang laku.

Sambil membuka boks tempat ikan, dia menjelaskan bahwa harga ikan disini adalah Rp 65 ribu per kilogram, sama untuk semua jenis ikan. Ada bawal putih, bawah merah, baronang dan lain-lain. Harga belum termasuk nasi dan minuman. Walau agak mahal, mau tak mau kami beli juga. Dan masuk ke tenda, yang punya tempat duduk dari bambu. Lumayanlah untuk beristirahat.

Menunggu petugasnya membakar ikan membuat perut terus berbunyi. Hampir setengah jam, barulah ikan pesanan kami dibakar. Setengah jam kemudian barulah ia hadir di depan kami. Ada ikan bakar, satu mangkok nasi putih, ditambah sambal dan lalap.

Kami pesan es kelapa muda. Harganya mahal juga, Rp 8.000 sebuah. Harga sebotol minuman air mineral Rp 4.000 sebotol. Tak ada pilihan lain, tetap saja kami pesan…

Disana banyak rombongan lain yang juga makan seperti kami. Anehnya, hanya warung yang kami datangi saja yang membakar ikan dan didatangi orang-orang. Mungkin warung lain kurang promosi. Mereka gak berani bakar-bakar ikan di depan warung sehingga orang tidak tahu, atau tidak mau bertanya.

Kami pulang. Badan sudah capek… Sambil menyusuri pantai, matahari sudah mulai tenggelam. Foto-foto pun diambil. Saat pulang, kami hanya berpikir, mengapa jalanan disini tidak diperbaiki? Padahal seluruh pengunjung dipungut bayaran. Memang di tiket hanya disebutkan bahwa bayaran itu hanya untuk biaya kebersihan.Kondisi pantai yang sangat kotor juga sangat mengganggu pengunjung.

Di jalan, kami sempat berhenti, menyaksikan pesawat-pesawat yang lepas landas di Bandara Soekarno-Hatta.

Di pantai, selain sampah, banyak juga pecahan kaca dan kotoran manusia. Orang tua harus hati-hati jika ingin membawa anaknya ke pantai.

Tips jika ke Pantai Tanjung Pasir:

-Parkir kenderaan anda di ujung pantai, jangan langsung belok kanan saat beberapa petugas setengah memaksa masuk kanan.

-

Bawa makanan dan minuman sendiri, karena makanan dan minuman disana mahal.

-Kalau ingin makan ikan bakar, pilih sendiri ikannya, dan tentukan berapa yang Anda butuhkan, karena kebanyakan juga jadi saying saja.

-Sebaiknya jangan terlalu sore pulang dari sana, karena perjalanan pulang lumayan lama.

-Jika Anda masih belum terlalu sore pulangnya, Anda bisa ajak anak-anak berhenti sebentar di luar bandara sambil menyaksikan pesawat yang parkir maupun yang sedang tinggal landas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline