Lihat ke Halaman Asli

Anies, Indonesia Mengajar, dan Pesan Mandela

Diperbarui: 13 Februari 2024   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perjumpaan saya dengan Anies Rasyid Baswedan pertama kali lewat buku. Itu pun bukan buku yang ia tulis. Buku itu, Anak-Anak Angin, karya Bayu Adi Persada, seorang pengajar muda Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar. Bayu adalah salah seorang pengajar muda angkatan pertama Indonesia Mengajar yang didirikan Anies Baswedan pada 2009. Di buku itu, Anies menulis 'Sepatah Kata' sebagai pengantar dan sebuah catatan penutup.

Perjumpaan dengan Anies Baswedan melalui buku itu  membuat saya terpesona. Adanya Gerakan Indonesia Mengajar dan seorang yang berinisiatif menggerakkan anak-anak muda Indonesia untuk "membantu tumbuhnya kemajuan pendidikan" sebagai salah satu dari dua misi Indonesia Mengajar seperti dikatakan Anies, itulah yang memesona. Dengan pesona itu pula Bayu Adi Persada mulai tertarik dengan Gerakan Indonesia Mengajar. Cerita Bayu, dari sebuah tautan situs yang diberikan Najwa Shihab di Twitter, Bayu menelusuri tentang gerakan ini di internet. "Satu-satunya alasan yang membuatku terus menggali informasi di situs sederhana itu adalah nama Pak Anies. Jika seorang Anies memprakarsai program itu, pasti program itu tidak akan menjadi biasa-biasa saja," kata Bayu. Bayu mengenal Anies waktu Debat Presiden 2009 saat beliau menjadi moderator. "Impresi pertamaku tentang beliau adalah bijak, visioner, dan bersahaja," aku Bayu.

Sebelum membaca buku Anak-Anak Angin, saya belum pernah tahu tentang Indonesia Mengajar, apalagi mengenal pendirinya. Nama Anies Baswedan saya dengar sesekali saja, sayup-sayup, seperti nama-nama tokoh kebanyakan yang saya dengar sambil lalu, tidak terlalu berkesan. Pernah juga saya dengar nama Anies Baswedan sebagai Rektor Paramadina dari seorang kawan. Biasa saja. Sampai pada pertengahan Juni 2013 saya melihat buku ini di sebuah rak toko buku, saya terpikat, kemudian membeli dan membacanya. Saya membacanya kembali setelah bertahun-tahun, di musim Pilpres tahun 2024 ini, saat ada ragu untuk memilih sosok pemimpin Indonesia 5 tahun ke depan.

Kepada apakah kita berharap perubahan? Kepada pendidikan. Kepada siapakah kita berharap akan Indonesia yang penuh optimisme dan harapan? Kepada sesiapa yang mengerahkan pikiran dan tindaknya, sekuat-kuatnya, sehebat-hebatnya untuk kemajuan pendidikan. 

Catatan Bayu tentang pengalamannya menjadi pengajar muda di sebuah sekolah dasar negeri di Desa Bibinoi, desa kecil di Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, adalah potret kecil wajah pendidikan kita; yang tertinggal, yang tanpa perhatian. Pendidikan memang masih menjadi soal pelik di negeri ini. Selain biaya yang tidak selalu ramah untuk masyarakat tidak berkecukupan, kualitas pengajar(an) juga jadi persoalan. Kualitas pengajar(an) yang tidak terlalu baik tentu berdampak pada peserta didik. Tanoto Foundation Indonesia Country Head, Inge Kusuma mengatakan, siswa Indonesia mengalami krisis pembelajaran dan penalaran yang baik yang dibutuhkan untuk dapat memecahkan masalah kehidupan manusia yang semakin kompleks. (kompas.id, https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/12/05/indonesia-hadapi-tantangan-kualitas-pendidikan).  

Ada sebuah pesan Nelson Mandela, pejuang kemerdekaan Afrika Selatan yang membebaskan negeri itu dari rezim Apartheid dan menjadi presiden pertama yang terpilih secara demokratis, tentang betapa berartinya pendidikan. Kata Mandela, "Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, kamu dapat mengubah dunia."

Memilih calon presiden akhirnya bukan hanya soal gagasan, visi misi di atas kertas atau paparan program hebat di panggung debat. Ini adalah tentang komitmen dan langkah nyata menjawab persoalan. Anies Rasyid Baswedan tak hanya memiliki visi untuk kemajuan pendidikan, tapi telah menunjukkan komitmen dan kerja nyata untuk menjawab persoalan pendidikan melalui Gerakan Indonesia Mengajar. Tentu saja, komitmen dan langkah nyata ini mesti terus digaungkan untuk terus "menyalakan Indonesia kita jadi terang benderang." 

  

  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline