Lihat ke Halaman Asli

Warna Nasionalisme di Era Algoritma

Diperbarui: 28 Oktober 2024   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : dennyja.world

Renungan Sumpah Pemuda

WARNA NASIONALISME DI ERA ALGORITMA

Oleh Denny JA

"Nasionalisme, dulu sebuah warna yang menyatukan, kini adalah mozaik digital, dipengaruhi konten yang kita lihat dan suara yang kita dengar."

Kutipan ini merangkum kenyataan era baru. Dulu, nasionalisme adalah warna tunggal. Kokoh, satu, dan menyatukan kita sebagai bangsa.

Kini, di era algoritma, ia berubah. Nasionalisme bukan lagi kesatuan yang jelas. Identitas kebangsaan kita terbagi-bagi, dipengaruhi konten yang kita konsumsi.

Warna nasionalisme kita adalah mozaik, refleksi dari ruang gema yang kita tinggali.

Di masa lalu, nasionalisme adalah satu semangat. Ia tumbuh dari rasa kebersamaan dalam perjuangan. Para pahlawan kita menciptakan identitas kebangsaan yang menyatukan. Seperti akar pohon yang dalam, nasionalisme memberi kekuatan.

Indonesia adalah satu, sebuah bangsa yang terikat oleh sejarah dan cita-cita kemerdekaan.

Namun, era algoritma mengubah segalanya. Algoritma menciptakan realitas bagi setiap orang. Di media sosial, kita hanya melihat konten sesuai minat kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline