Lihat ke Halaman Asli

De Be Roha

Penulis adalah guru di SMA Negeri DKI Jakarta

Aku Sayang Kamu

Diperbarui: 27 Maret 2023   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: adabuna.blogspot.com

Aku buru-buru pulang dari kantor, ada kerinduan yang menelisik di lubuk hati, entah apa gerangan, tiba-tiba saja wajahmu melintas di pikiranku, dan rinduku langsung bangkit. Aku mungkin saja termasuk mirip-mirip dengan wanita lain, kalau sudah rindu tidak bisa ditunda-tunda. Dengan mengendarai sepeda motor, aku bisa meliuk-liuk di jalanan yang kadang kala terjebak macet. Aku sedikit tenang, karena tas kecilku yang berisi dompet dan ponsel, duah kumasukan ke dalam bagasi motor, menghidari pelaku jambret yang marak akhir-akhir ini. Satu belokan lagi aku sampai di rumah.

Setelah mandi dan keramas, aku duduk dengan dia di ruang tamu, kebetulan ibu dan bapak sedang tidak ada di rumah. Kubelai-belai, dia merinding geli. Kami bergulingan di atas sofa merah maroon, kadang kala gulingan kami sampai di atas karpet lantai. Uff mumpung ibu dan bapak tidak ada di rumah, bisik hatiku. Sesekali kuajak dia menari cha-cha, dia tidak bisa, kucium hangat hidungnya. Perutnya yang sedikit gendut jadi sasaran gelitikku, dia menggeliat kegelian. Kami terus bercengkrama di ruang tamu. Rinduku belum puas, kuajak dia ke kamarku.

Dengan santai kupeluk dia, dan kubawa ke kamarku, kuhempaskan tubuhnya di ranjangku, rinduku semakin menjadi-jadi. Kutubruk tubuhnya yang masih tergeletak di ranjangku, kugeluti berulang kali. Kami sama-sama memuaskan kerinduan, tidak ada lelah sedikitpun kami rasakan. Tubuhnya wangi, jemarinya sedikit berkuku agak panjang. Kuusap-usap dadanya, lalu turun ke perutnya yang gendut, dan kuteruskan lagi. Tiba-tiba dia melompat, aku kaget. Sepertinya dia tidak berkenan. 

Aku merengut di pojok ranjang. Perlahan dia mendekat dan tidur di pangkuanku. Kubelai kepalanya, matanya meredup seperti menikmati. "Harier... aku sayang kamu!" bisikku perlahan ke telinganya. "Melia....! Pasti kamu mainin lagi kucing itu, lihat niiih bulu-bulunya banyak yang rontok". Suara ibuku berteriak dari ruang depan, petanda mereka sudah pulang. Aku segera bangkit, Harier berlari mengejar dari belakang.

 

-salamkucing




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline