Para Penyair Berkumpul di Dua Gedung
Sabtu malam (25/9), pelataran Gedung Daerah Provinsi Kepulauan Riau dipenuhi susunan kursi berderet dan beberapa meja-kursi ditata berbentuk lingkaran. Panggung dibuat di teras depan bangunan gedung yang menghadap ke arah Pelabuhan ferry Sri Bintan Pura Tanjungpinang.
Alunan musik Ghazal yang dibawakan oleh seniman musik Pulau Penyengat, terdengar syahdu seraya menyambut kedatangan para tamu ke lokasi acara.
Malam itu, acara Festival Sastra Internasional Gunung Bintan tahun 2022 memasuki hari kedua, sebab pelaksanaannya dicanangkan selama tiga hari sejak tanggal 24 September hingga tanggal 26 September 2022.
Acara yang dihelat di Gedung Daerah Provinsi Kepulauan Riau ini ialah malam Anugerah Jembia Emas tahun 2022. Kegiatan rutin yang digagas oleh Datok Rida K Liamsi melalui Yayasan Jembia Emas-nya ini bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, telah memasuki kali kelima penyelenggaraannya.
Kegiatan di mulai sekitar 20.30, dengan beberapa tamu yang sudah duduk mendengarkan penampilan musik Ghazal yang terbilang sebagai salah satu warisan seni pertunjukan musik khas Kepulauan Riau. Gelaran acara pun dimulai, beberapa pantun dihaturkan oleh pembawa acara. Beberapa tamu penting yang hadir memberikan sambutan.
Tari Persembahan dari Pusat Latihan Seni (PLS) Sanggam Tanjungpinang membuka acara malam tersebut dengan khidmat, hingga prosesi penganugerahan Jembia Emas tahun 2022 yang diberikan kepada Datok Teja Alhab. Penerima Anugerah Jembia Emas tahun 2022 memperoleh penghargaan berupa uang tunai dan simbol penghormatan berupa tanjak Melayu.
Puluhan penyair dan sastrawan hadir dalam malam penganugerahan tersebut. Mereka berasal dari Indonesia dan luar Indonesia, yakni Singapura dan Malaysia. Tema Festival Sastra Gunung Bintan tahun 2022 yakni "Sastra Melayu dan Budaya Kemaritiman" yang kemudian karya-karya sastra terpilih dibukukan oleh penyelenggara kegiatan festival (Fikri, 2022).
Setelah prosesi penganugerahan Jembia Emas tersebut, acara kemudian diramaikan dengan pentas deklamasi oleh beberapa penyair. Penampilan seni pertunjukan musik inovatif oleh grup musik Sarvati Indonesia menjadi pencair suasana malam itu.
Tempat kegiatan di halaman gedung seharusnya bisa dinikmati khalayak luas, namun sebab kemasan acara yang bersifat formal, memungkinkan tidak semua awam minat dan berani mendekat. Maka, acara di Gedung Daerah tersebut terkesan tidak akrab bagi masyarakat sekitarnya.
Malam kedua kegiatan diselenggarakan di Gedung Kesenian Aisyah Sulaiman Tanjungpinang. Berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini tampak acara lebih ramai dan hangat sebab hampir 80% kursi dipenuhi para penonton. Namun, lagi-lagi penonton yang hadir adalah para sastrawan dan peserta festival sendiri.