Lihat ke Halaman Asli

Dennis Baktian Lahagu

Penghuni Bumi ber-KTP

Menggugah Nurani Warga Mampu yang Masih Menerima Bantuan Sosial PKH

Diperbarui: 17 Maret 2023   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Tim Kemensos RI dan Pemkab Nias Utara saat verifikasi dan validasi data calon penerima manfaat PKH di Tugala Oyo.

Binsar mengendarai motornya perlahan memasuki sebuah gang kecil. Di depan sebuah rumah semi permanen dia berhenti. Rumah Bu Marni. Setelah memarkirkan motornya, Binsar mengetok pintu rumah sembari memberi salam. 

Namun mata Binsar teralihkan pada tulisan “Keluarga Miskin Penerima PKH” berwarna merah menghiasi dinding depan rumah di sebelahnya. Tulisan yang mulai tampak memudar namun masih bisa terbaca. Mungkin telah di pilox sekitar bertahun-tahun yang lalu.

“Eeeee…nak Binsar, mari mas, masuk. Kok nggak ngabarin kalo mau dateng….”, ujar Bu Marni terlihat datang menghampiri Binsar yang sedang berdiri didepan pintu rumah.

“Iya bu, maaf belum sempat berkabar.” Sahut Binsar menyalam Bu Marni kemudian melepas sepatunya dan masuk kedalam rumah mengikuti Bu Marni.

“Silahkan duduk nak…” Binsar segera duduk. Bu Marni berlalu ke belakang. Tidak lama kemudian, dia kembali dengan secangkir teh dan dua toples emping dan meletakannya di atas meja tamu.

Binsar sudah lama mengenal keluarga Bu Marni. Suami Bu Marni, Haposan, masih kerabat dekat ayah Binsar. Pak Haposan bekerja sebagai masinis Kereta Api. Binsar sempat beberapa minggu tinggal dirumah Bu Marni karena pernah mendapat penugasan baru di kota ini sebelum akhirnya resign dan mapan dengan pekerjaannya sekarang.

Kedatangan Binsar sore itu untuk mengantarkan titipan dari ibunya untuk Bu Marni. Sebuah kotak kardus berlakban diserahkan Binsar kepada Bu Marni.

“Terimakasih ya nak…..”
“Sama-sama bu, barangnya baru sampai tadi pagi dari Tarurung. Kebetulan ada waktu, saya langsung antar kesini...”
“Iya, ibumu dah ngabarin kemarin...”
“Bu, tadi saya sempat ngeliat rumah disebelah. Kok ditulisin seperti itu sih Bu…”
“Yang ada PKH nya ya…”
Bener Bu, kalau ndak salah “Keluarga Miskin Penerima PKH” tulisannya bu. Bukannya itu rumah Pak Mansyur, pegawai honor di RSU yang anaknya ada yang perawat dan bidan kan bu…”
“Iya bener, Ibu denger kabar bahwa ternyata selama ini, Pak Mansyur tercantum dalam daftar penerima PKH. Empat tahun lalu, ada verifikasi ulang. Katanya Pak Mansyur tidak layak lagi menerima PKH karena sudah tidak memenuhi syarat. Gak tau bagaimana ceritanya, tetiba petugas dari Dinsos membuat cap tulisan tadi”
“Hmmmm….tulisan labelnya nyelekit ya bu, efeknya psikologis banget…”
Bener nak Binsar, seharusnya penerima program-program pemerintah itu ya bener-bener keluarga kurang mampu atau maaf…miskin…”

*****

Program Keluarga Harapan disingkat PKH, merupakan program Pemerintah yang dilaksanakan sejak tahun 2007 oleh Kementerian Sosial. PKH menjadi salah satu upaya Pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia yang diberikan secara bersyarat kepada penerima manfaat. World Bank menamai program ini dengan nama Conditional Cash Transfer Programs. Sebagai program bantuan sosial, PKH diharapkan mampu membuka dan mempermudah akses bagi keluarga miskin khususnya ibu hamil/nifas/menyusui dan anak dalam memanfaatkan berbagai fasilitas layanan kesehatan, dan pendidikan yang tersedia disekitar domisili.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline