Lihat ke Halaman Asli

Menyikapi Debat Pilkada DKI

Diperbarui: 14 Februari 2017   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://news.detik.com/

Saya tidak tahu, tapi saya kira debat berfungsi untuk menjelaskan program-program, bukan untuk mengejek.

Namun mengapa proses debat cagub DKI Jakarta terus "memanas," dipenuhi sindiran, dari calon pemimpin kita sendiri

Dan kita masih  berbicara tentang “persatuan?”

Tidak usah muluk-muluk, terlihat di debat cagub DKI Jakarta bagaimana paslo saling “menyerang.” Sindiran tentang peringkat-peringkat lah, tentang kompetensi lawan lah, sindiran yang tidak berhubungan dengan program itu sendiri.

Logikanya memang ada. Intinya supaya menang di pemilihan, maka dalam debat “menjatuhkan” lawan.

Saya tidak mengkritisi paslo tertentu, karena sistem seperti itulah yang telah diterima sebagai "debat". Kasus seperti ini tidak terjadi di Indonesia saja, lihat bagaimana debat pemilihan presiden Amerika Serikat dipenuhi sindiran yang bahkan lebih parah. Tapi bagaimana bisa negara bersatu apabila calon pemimpinnya bersikap seperti itu?

Saya mengkritisi sistem debat yang berjalan.

Menurut Zainal Arifin Mochtar, moderator debat calon presiden yang lalu, debat berfungsi menggeser proses memilih dari emosional ke rasional. Hal ini terlihat berbalikan dengan adanya sindiran-sindiran terhadap pasangan calon pada debat cagub, bukannya kritik terhadap program yang ada.

Masalahnya apa, masalahnya ada ketika konflik itu berlanjut ke masyarakat. Jika dalam debatnya saja antara paslo sudah ejek-ejekan, apalagi pendukungnya. Pendukung yang tidak lain adalah rakyat itu sendiri. Kalau begitu, bagaimana debat dan proses pemilihan gubernur secara keseluruhan ini dapat menciptakan persatuan. Yakin setelah pemilihan bisa bersatu? Tidak ada yang protes ini-itu lah.

Lihat saja berbagai ejekan yang ada untuk setiap paslo yang ada di internet dan sosial media. Melihat kondisi ini, rasanya mengenaskan.

Dalam negara demokrasi, tentunya akan ada saat-saat seperti ini dimana rakyat akan memilih, dan pilihannya beda. Tapi, apa arti Bhinneka Tunggal Ika apabila tidak digunakan di sini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline