Lihat ke Halaman Asli

Dennis Satyawan

Konsultan BP PRP DKI Jakarta

Indonesia Oscar Fish Exhibition 2021

Diperbarui: 29 Mei 2021   01:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika membahas ikan hias memang tidak ada habisnya, dimulai dari pemeliharaan pertama kalinya di dunia, ikan mas di negara china pada abad ke-10 oleh dinasti sung (1136), hingga sekarang ikan hias menjadi hobi yang paling populer secara global di dunia.

Perdagangan ikan hias juga sangat luar biasa, mencapai 30 miliar US dollar pertahunnya di hampir 125 negara, dimana 65% merupakan ikan hias jenis air tawar. 

Nilai ekspor ikan hias Indonesia mencapai 27,61 juta US dollar, ini rentang tahun 2013 - 2015 dan potensi sumber daya ikan hias nasional termasuk sangat strategis untuk meningkatkan penerimaan negara.

Perdagangan ikan hias terbagi menjadi 4 segmen. Pertama, ikan air tawar disebut freshwater ornamental fish. Kedua, ikan air laut disebut marine ornamental fish. Ketiga, tanaman hias air tawar disebut freshwater aquatic plants. Keempat ada kerang kerangan dan biota laut (invertebrata).

Komoditas ikan hias air tawar asli Indonesia ada ikan Arwana (Schleropages formosus) dan Botia (Chromobotia macrocanthus).

Namun semenjak 2017, Indonesia sedang mengalami krisis segmentasi ekspor dalam negeri. Dimana hampir 87,6% dari pasar bursa, UMKM, supplier dan para hobbies, telah berkontribusi massive dalam perputaran ikan hias yang di impor dari luar Indonesia. Faktanya data ekspor ikan hias khususnya air tawar, mengalami penurunan dari 1,469,827 menjadi hanya 500,787 berdasarkan volume (Kg). Sedangkan dari nilai pendapatan, pada 2014 Indonesia mampu meraih 19,668,883 juta US dollar, kini telah turun hampir separuhnya.

Ada berberapa faktor, salah satunya sudah semakin sempitnya margin kita untuk masuk ke negara tujuan dengan semakin banyaknya ikan Arwana kini telah di budidayakan negara negara seperti China, Taiwan, Singapore, Malaysia hingga Amerika Serikat (USA). 

Dan semakin banyaknya pilihan beragam dari Eropa dan Timur Tengah dengan cost harga yang murah. Faktor faktor inilah yang membuat ikan asli Indonesia seperti ikan Arwana, telah kehilangan trend on value.

Setelah bertahun tahun dunia ikan hias Indonesia telah banyak terjebak dalam Blind Market dan kenyataannya ikan ikan impor yang masuk membawa kualitas dan mutu jauh dibawah ikan endemik yang kita miliki. Inilah kenapa dalam strategi bisnis, Indonesia sudah masuk kedalam perangkat market yang buta (Blind Market). Karena tidak ada lagi standar ketentuan mutu yang pas dan aktual untuk mengukur kualitas ragam ikan ikan yang di impor. 

Tidak heran banyak orang bisa menjualnya dengan harga yang fantastis, dan banyak juga orang yang membelinya. Dalam perdagangan hal ini tidaklah salah, orang membeli dan mengeluarkan uang banyak untuk hal yang mereka suka. Tapi dari segi kontribusi jangka panjang kedepan, ini justru membuat Indonesia semakin terpuruk. 

Pada 2020 silam, saat saya sedang berkunjung ke India, dan menemui teman teman disana, ada hal yang sangat menarik untuk saya ikuti. Jika Indonesia sulit bangkit karena secara generasi turun menurun hanya mengandalkan endemisiasi jargon ikan asli Indonesia. Kenapa tidak mencoba trend market komoditas dari ikan yang lain, seperti ikan oskar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline