Lihat ke Halaman Asli

Dennis Cahya Putra

Mahasiswa Universitas Airlangga

Dedolarisasi, Peluang atau Ancaman?

Diperbarui: 31 Mei 2023   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Dedolarisasi (Sumber: https://pixabay.com/id/illustrations/dolar-100-dolar-dolar-terbakar-uang-2387088/ )

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep dedolarisasi telah menjadi topik hangat di kalangan ekonom dan masyarakat dunia. Dedolarisasi  mengacu pada proses atau tindakan dimana suatu negara memutuskan untuk mengurangi ketergantungannya pada mata uang dolar Amerika Serikat dan mencari alternatif mata uang untuk keperluan perdagangan internasional, investasi, dan cadangan devisa. Rusia menjadi salah satu negara yang paling gencar dalam mengambil keputusan ini. Rusia telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi penggunaan dolar dalam melakukan perdagangan internasional. Mereka meningkatkan penggunaan mata uang nasional mereka, yaitu rubel, dalam transaksi dengan mitra dagang utama mereka seperti China, India, dan negara-negara Eropa.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia juga meningkatkan kerja sama dengan  negara-negara BRICS (Brazil, Rusia, India, China, South Africa) untuk menggunakan mata uang nasional mereka dalam perdagangan bilateral. Maraknya dedolarisasi juga didukung akibat lesunya dunia perbankan Amerika. Dilansir dari CNBC Indonesia, Amerika Serikat  tengah dilanda oleh krisis perbankan yang dihadapkan dengan kondisi gagal bayar hutang negara yang kemungkinan terjadi pada 1 Juni mendatang. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu peluang Indonesia untuk mengurangi penggunaan dolar dan beralih menggunakan rupiah.

Saat ini, Indonesia telah berupaya untuk meningkatkan penggunaan mata uang rupiah dalam perdagangan regional dan domestik. Meskipun demikian, belum ada indikasi konkret yang menyatakan bahwa Indonesia akan meninggalkan dolar sepenuhnya. Pemerintah Indonesia telah memperkuat upaya untuk memperluas penggunaan rupiah, terutama dalam perdagangan bilateral dengan mitra dagang utama seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar serta meningkatkan stabilitas ekonomi dalam negeri.

Namun, penerapan dedolarisasi secara menyeluruh akan menjadi sebuah tantangan besar yang melibatkan berbagai faktor yang kompleks, termasuk stabilitas ekonomi, infrastruktur keuangan, dan perkembangan pasar keuangan dalam negeri. Jadi, apakah langkah pemerintah untuk melakukan dedolarisasi menguntungkan atau malah membuat rugi negara? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut merupakan beberapa dampak dari dedolarisasi,

  • Dampak positif Dedolarisasi:

1. Stabilitas Ekonomi

Dengan mengurangi ketergantungan pada dolar, Indonesia dapat mengurangi dampak fluktuasi nilai tukar terhadap perekonomian domestik.

2. Kedaulatan Ekonomi

Dedolarisasi dapat memperkuat kedaulatan ekonomi Indonesia. Dengan mengurangi ketergantungan pada dolar, Indonesia dapat lebih mandiri dalam mengatur kebijakan moneter dan ekonomi dalam negeri tanpa terlalu tergantung pada faktor eksternal yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi.

3. Peluang Perdagangan

Dengan mencari alternatif mata uang, Indonesia dapat memperluas peluang perdaganagn dengan mitra dagang Internasional yang mungkin memiliki preferensi menggunakan mata uang selain dolar. Hal ini dapat membuka pintu bagi kolaborasi perdagangan baru, meningkatkan akses pasar, dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi.

Dari pemaparan dampak positif dari dedolarisasi di atas, perlu menjadi catatan bahwa langkah tersebut ibarat dua sisi mata pisau. Di satu sisi memang memiliki dampak positif dengan menggunakan mata uang nasional dalam melakukan perdagangan, tetapi langkah tersebut tetap memiliki dampak negatif.

  • Dampak Negatif Dedolarisasi
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline