Susunan batu membentuk seperti menara itu tampak berdiri kokoh di bawah terik matahari. Bangunan itu sudah tampak dengan jelas dari jalan raya. Tak ramai orang yang berada disana, hanya tiga orang pengunjung bersama dengan pemandu wisata.
Candi Cungkup atau yang lebih dikenal dengan Candi Singosari ini merupakan salah satu peninggalan bersejarah di Indonesia. Terletak di Desa Candi Renggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, kurang lebih sembilan kilometer dari Kota Malang ke arah Surabaya. Candi ini juga disebut Candi Menara, nama ini menunjukkan bahwa candi adalah tertinggi pada masanya.
Namun, saat ini pada kawasan Singosari hanya tersisa satu yaitu Candi Singosari, sedangkan lainnya telah lenyap tak berbekas. Sebagian candi ada yang lenyap karena unsur kesengajaan dan ada juga yang dirusak paksa karena perpindahan kekuasaan. "Sekitar candi ini seharusnya ada candi lain yang lebih rendah ukurannya tetapi sekarang sudah rata dengan tanah," ujar Jaman yang bekerja sebagai juru pelihara candi tersebut.
Sebagai satu-satunya candi yang bertahan tidak membuat tempat ini ramai akan pengunjung. Tak bisa dipungkiri, semakin banyaknya wisata alam dan kehadiran coffee shop membuat wisata sejarah dan budaya ini sepi pengunjung.
Di tengah tingginya minat generasi muda yang lebih memilih melakukan wisata adventure atau nongkrong di coffee shop berbanding terbalik dengan kunjungan ke candi ini. Hal ini terlihat dari semakin ramainya tempat-tempat baru yang modern yang lebih disukai generasi muda. "Lebih senang ke tempat-tempat yang baru atau wisata alam yang alami, kalau tempat bersejarah masih kurang tertarik," ujar Elsa salah satu mahasiswa di Malang.
Hal yang sama pula dirasakan Jaman sebagai juru pelihara candi ini. Ia mengatakan semenjak pandemi jumlah pengunjung sangat menurun drastis. Ia juga menjelaskan meskipun sekarang sudah ada pelonggaran tetapi jumlah pengunjung masih sangat jauh dari sebelum pandemi. "Tempat ini akan ramai pada hari tertentu, jika ada upacara keagamaan atau kunjungan dari sekolah', lanjut pria berusia 64 tahun tersebut.
Candi Singosari merupakan bangunan cagar budaya yang ditetapkan pemerintah dengan nomor INV. 274/MLG/1996 dan dimiliki langsung dengan negara dengan pengelolaan di bawah Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Langkah BPCB tidak memungut biaya masuk merupakan salah satu cara mendukung minat wisatawan untuk berkunjung ke candi yang memiliki tinggi sekitar 15 meter ini.
Namun, tampaknya hal ini tidak berhasil. "Meskipun tidak dipungut biaya, jumlah pengunjung di hari kerja masih bisa dihitung dengan jari," ujar Harikusno yang bertanggung jawab pada candi peninggalan Kerajaan Singosari ini. Ia pun mengaku kebanyakan orang yang berkunjung biasanya pada hari libur dan kebanyakan berasal dari luar kota atau ada keperluan penelitian.
Sepinya pengunjung tidak mengurangi semangat para penjaga dan juru pelihara candi ini. Mereka tampak sangat senang menyambut pengunjung bahkan terlihat antusias ketika diwawancarai. Menurut mereka tempat sejarah dan budaya seperti candi ini harus tetap dilestarikan agar tetap dapat dinikmati generasi berikutnya. "Supaya anak cucu kita bisa melihat peninggalan sejarah kita dulu, yang tidak akan ada gantinya ini," ujar Jaman sambil tersenyum lebar.
Meskipun demikian, keasrian dan kebersihan candi yang bagian atasnya tidak utuh lagi ini masih sangat terjaga. Bagaimana tidak, arca-arca yang berada di sebelah kiri dari pintu masuk yang hampir semua rusak masih tersusun dengan rapi. Hamparan rumput hijau yang berada di sekeliling candi juga menambah keindahan candi ini, tak tampak satupun sampah ada di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H