Lihat ke Halaman Asli

Denni Candra

Praktisi HR dan Penulis

Jangan Terjebak "Delusi" Kehebatan Diri

Diperbarui: 29 September 2016   13:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi : timesindonesia.co.id

Dalam hitungan beberapa bulan ke depan kita akan menghadapi satu hajatan besar yaitu pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak tahun 2017 yang dilakukan di beberapa wilayah propinsi dan kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Berkaitan dengan pilkada ini ada seorang teman yang melemparkan guyonan, “Cuma di Indonesia yang tidak ada pihak yang kalah dalam pilkada. Yang ada adalah pihak yang menang dan satu lagi pihak yang merasa dizalimi.”

Berbicara soal pilkada, dalam beberapa bulan terakhir sudah mulai tampak perburuan untuk memperebutkan posisi kepala daerah tersebut. Mulai dari pembentukan tim sukses, pemasangan spanduk serta baliho dan mengadakan berbagai kegiatan sosial dengan harapan untuk menarik simpati rakyat dan pemilih. Dari jauh hari sebelumnya masing-masing pihak sudah memasang kuda-kuda, bahkan sebelum waktu kampanye dimulai ada beberapa pasangan calon yang sudah duluan mencuri start dengan gaya yang halus dan terkesan santun.

Tidak ketinggalan para tim sukses masing-masing calon melancarkan semacam “psy war” dengan mengandalkan hasil survey yang dilakukan untuk mengetahui elektabilitas calon yang mereka usung. Bahkan ada tim sukses yang sudah berani mengklaim bahwa calon yang mereka usung akan mendapatkan suara mayoritas, karena dalam beberapa kali survey didapatkan elektabilitas yang bagus. Apakah hal tersebut sebagai sebuah bukti kepercayaan diri?

Memang hal yang mendasar dalam ajang pilkada ini adalah soal percaya diri. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa percaya diri dibutuhkan untuk keberhasilan dan menggapai kesuksesan. Tetapi semua harus pada tempatnya dan sesuai takaran, bukan percaya diri yang berlebihan.

Karena sesuatu yang berlebihan itu bukanlah hal yang bagus, malah bisa menjadi bumerang yang malah menghancurkan diri sendiri. Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya banyak kita lihat para pasangan calon yang bertarung dalam ajang pilkada ini terlalu percaya diri (over confidence), namun kenyataannya mereka hanya bertepuk sebelah tangan dan “lamaran”nya di tolak rakyat.

Kalau sampai hal itu terjadi sudah siapkah para calon kepala daerah ini untuk “legowo” dan secara sportif mengakui kekalahan yang mereka alami? Siapkah mereka apabila ambisi tersebut berujung kegagalan dan menderita kerugian sertadan kehilangan modal finansial yang sudah dihambur-hamburkan?

Jangan Terjebak Dengan Delusi Kehebatan Diri

Kita harapkan supaya para pasangan calon yang bertarung dalam pilkada ini tidak terjebak dalam “delusion of grandeur” atau delusi kehebatan diri. Dalam dunia psikologi “delusi” diartikan sebagai sebuah keyakinan yang dipegang secara kuat, namun tak akurat. Delusi kehebatan diri adalah sebuah delusi yang meyakini bahwa yang bersangkutan adalah orang yang jauh lebih hebat dan lebih berkuasa atau lebih berpengaruh daripada keadaan yang sesungguhnya. Salah satu contoh tokoh yang terjebak dalam delusi ini adalah Muammar Khadaffi.

Ketika diwawancarai oleh wartawan CNN, ia masih bersikukuh bahwa seluruh rakyat Libya masih mendukung dan menginginkan serta akan siap melindungi dirinya sebagai pemimpin Libya. Tetapi pada kenyataannya kita menyaksikan bahwa Khadaffi mengalami kematian yang tragis di tangan rakyatnya sendiri.

Jangan sampai pemilihan kepala daerah yang menghabiskan biaya yang sangat besar dan mahal ini justru menjadi sesuatu yang mubazir, apabila para calon passangan kepala daerah yang bertarung ini sudah terjebak pada kepercayaan diri yang berlebihan dan mengarah kepada delusion of grandeur. Ketika hasil yang didapat tidak sesuai dengan kenyataan yang diharapkan, maka mereka akan berusaha mencari berbagai alasan serta menuduh adanya terjadi berbagai kecurangan tanpa dasar yang kuat.

Bahkan sampai mengerahkan massa pendukung untuk berdemontrasi dan membuat kerusuhan serta bentrokan dengan pihak lawan atau pun aparat keamanan. Hasil yang dinikmati masyarakat bukannya suasana aman dan sejahtera tetapi malah menimbulkan dampak kerusakan dan kekacauan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline