"Hal tersebut merupakan bentuk intoleransi atas keberagamaan, sehingga bukan saja melanggar peraturan UU, melainkan juga nilai-nilai Pancasila dan Kebhinekaan," Nadiem Makarim
Saya sejenak diam dan ingatan saya kembali 18 tahun silam saat membaca berita terkait kasus intoleransi di SMKN 2 Padang, Sumatera Barat (Sumbar) yang mewajibkan siswi non-muslim mengenakan hijab.
Saat itu saya masih SMA di salah satu sekolah negeri di kampung halaman saya. Bangkrutnya perekonomian keluarga, memupus impian untuk bisa tetap bersekolah di sekolah swasta yang saya idamkan.
Alasan ekonomis dan dianggap sebagai sekolah favorit, membuat saya diharuskan bersekolah di SMA favorit tersebut. Suatu hal yang pada akhirnya bisa saya bilang bahwa sebenarnya memorable banget sih kalo ngomongin masa-masa SMA. Wabilkhusus soal pelabelan dan atribusi terhadap siswa Katolik, non-muslim seperti saya.
Bersekolah di SMA negeri favorit, nyatanya memang tidak menjadi kenangan terindah saya. Maaf saya harus katakan, kurang terasa keindonesiaannya.
Sewaktu ospek, dibilang noni (istilah bagi siswa dan siswi di luar keyakinan Islam). Apa? saya ini laki-laki kenapa dipanggil noni? Okelah kalo Meneer sekalian biar terangkat derajat saya, biar seolah-olah terkesan siswa pertukaran pelajar.
Lalu yang menjadi pertanyaan saya juga saat itu, kenapa ya SMA negeri tidak menghadirkan guru agama noni di sekolah, jadi kami siswa dan siswi ini, nona dan noni, tidak harus mengikuti pelajaran agama Katolik di gereja setiap hari Minggu.
Padahal hari Minggu kan waktunya ke gereja, pulang gereja makan bakso atau siomay, dan family time. Masih juga disuruh belajar, teologi pula. Wah itulah keunggulan lahir batin siswa noni di Sekolah Menengah Atas Negeri terkemuka di wilayah saya.
Jika tadi soal panggilan, saya jadi teringat teman-teman wanita noni saya. Saat itu sedang booming film "Ada Apa Dengan Cinta?". Rangga dan Cinta adalah role model standar penampilan siswa dan siswi.
Wah, benar-benar berdesir darah kelakian ini kalo melihat outfit putih abu-abu yang ukurannya full presses body itu, dengan rok di atas lulut, lalu kaos kaki macam pemain bola Totenham Hostspurs, panjang dan putih. Wangun jon.