Lady GAGA sempat terGAGAp saat diwawancarai seorang reporter di Taiwan mengenai kontroversi pentasnya di Indonesia. Saat itu dengan pakaian berwarna hijau seperti hamparan GAGA, lady GAGA yang nama aslinya panjang dan agak susah dilafalkan serta dihafalkan yaitu Stefani Joanne Angelina Germanotta, tampak tak mampu bicara dan agak terGerAGAp, lalu masuk mobil dan berGAGAs meninggalkan tempat dengan mobil berwarna hitam bak burung GAGAk. Kontroversi pro dan kontra tentang rencana konser Lady GAGA di Jakarta lumayan menunda isu-isu penanganan hukum dugaan kasus korupsi wisma atlit, mafia pajak, atau malah Centurygate yang sudah lama tak tersiar kabar beritanya. Media kita juga GAGAp dalam menanggapi kontroversi tersebut. Dan seperti biasa kemudian timbul GAGAsan untuk memperuncing masalah yang sebenarnya mudah. Bak orang yang GAGAu dalam gelap, padahal mereka sendiri sebenarnya menGAGAu dalam gelap, tak mengerti apa sih masalah sebenarnya. Semua pihak berGAGAu seakan lebih benar dan tahu permasalahannya, bahkan pihak yang kontra ada yang selalu mengaitkan dengan masalah agama tertentu, padahal bila terdapat masalah dengan moralitas suatu agama, mengapa negara lain yang memiliki agama mayoritas yang berbeda dengan agama mayoritas di Indonesia juga ikut melarang konser Lady GAGA. Apakah kita atau mereka yang terGAGAp melarang konser Lady GAGA? Pihak yang pro pun dengan GAGAh berani menantang pihak yang kontra dengan dalih kebebasan ekspresi dan berbudaya. Ini juga lucu, karena ini hanya mengenai konser penyanyi asing dan soal profit semata, tak ada soal agama maupun budaya di dalamnya. Bila takut Lady yang GAGA ini buka baju atau memakai baju yang tidak sesuai adat ketimuran mengapa konser SUJU, dimana Siwon SUJU buka baju tidak dilarang? Padahal badan Siwon yang atletis pasti membuat gemetar para gadis, dan para lelaki KW 2..hehehe.
Atau bila dianggap pelarangan konser akan mengekang ekspresi budaya, apa tidak sebaiknya momen ini di manfaatkan para seniman kita untuk membuat konser tandingan yang lebih sesuai kultur budaya Indonesia yang megah sehingga membuat konser Lady GAGA akan tidak berarti apa-apa. Intinya semua pihak baik yang pro dan kontra semuanya nirGAGAsan dan hanya GAGAu saja tanpa jelas arah tujuannya. Bak perlombaan naik pohon Jambe, semua pihak berusaha GAGAi pohon tersebut tetapi tidak ada yang sampai ke atas karena saling injak satu sama lain. Banyak yang lebih penting yang harus diselesaikan dinegara ini, daripada mengurus masalah konser berorientasi bisnis ini, atau jangan-jangan baik yang pro dan kontra sebenarnya UUD atau Ujung-Ujungnya Dagang juga. bila itu yang terjadi akhirnya GAGAl maning deh penyelesaian kasus-kasus penting di negara ini karena semua pihak seakan berhak pegang GAGAng pistol untuk menembak padahal sasaran tembak ya diri mereka sendiri. Maka berbahagialah para GAGAk yang memungut bangkai-bangkai mereka sang petembak. Bagaimana GAGAs anda? Sumber foto : Tak tahu, karena langsung ambil dari komputer teman...piss bro.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H