Lihat ke Halaman Asli

Denis Guritno Sri Sasongko

Pendidik dan Pembelajar

Literasi Visual dan Konstruksi Makna

Diperbarui: 4 Oktober 2020   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

garamond | Sumber: Dok Pribadi, Presentasi Sejarah Indonesia, 2018

Bicara tentang literasi, ruangan ini mungkin terlalu sempit. Tetapi, saya ingin sedikit berbagi tentang kegelisahan saya tentang media. Tulisan ini semoga menginspirasi. 

Satu kesadaran ketika menulis ini, saya merasa literasi menjadi paradigma pengetahuan yang disematkan dalam hampir semua topik. Uniknya, terminologi ini ruang lingkupnya berdekatan artinya dengan pengetahuan. Misalnya saja, literasi digital artinya pengetahuan tentang hal-hal seputar dunia digital, keamanan transaksi, proteksi, dan penggunaannya dengan bijaksana. 

Literasi keuangan kurang lebih dapat berarti pengetahuan tentang pengelolaan aset atau kapital sesuai peruntukannya. Di sekolah pun kita mengenali literasi sains dan literasi media. Menurut hemat saya, istilah ini mewakili pemahaman bahwa bicara tentang literasi, kita masuk dalam ruang lingkup pembicaraan yang lebih luas. tidak saja soal melek aksara, tetapi soal praktik holistik yang melibatkan kegiatan berbicara, menulis, membaca, menyimak, memproduksi ide, dan mengkonstruksi makna. 

Badai Informasi Media Digital 

Sejak pandemi merebak, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi metode pembelajaran di setiap jenjangnya. Jika semula pemakaian gawai dibatasi, PJJ mensyaratkan gawai sebagai satu sarana penyampaian pembelajaran. Tidak saja ponsel, tablet, laptop, atau PC. Di beberapa daerah yang tidak didukung sinyal memadai, handytalkie pun dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pembelajaran.

Menariknya, jika sebelumnya Learning Management System (LMS) belum begitu dibutuhkan, mau tidak mau sekarang harus menggunakan LMS agar pembelajaran dapat ditunjang, terukur, efektif, dan efisien. Dalam situasi seperti ini, saya pribadi sepakat bahwa siswa tumbuh dalam lingkungan baru yang dibanjiri aneka stimulus visual. 

Stimulus visual ini bentuknya dapat beraneka macam. Tidak hanya tayangan YouTube dengan aneka content yang tersedia, lingkungan visual sangat berdekatan dengan games teranyar. Ditambah pula mudahnya akses pada materi digital dalam berbagai bentuk. Beberapa platform menyediakan layanan film dengan berbagai genre. 

Tentu tak ketinggalan, media sosial dengan semua tawaran fitur yang menggiurkan. Dan kini, materi pembelajaran menjadi salah satu stimulus yang menggunakan media digital. Pernyataan yang perlu ditegaskan adalah media pembelajaran pun perlu disajikan dengan menarik dan dapat dibaca sebagai sarana penyampaian isi pembelajaran.

Jika elemen visual (ilustrasi, gambar, infografis, dan bagan) sudah masuk di dalamnya, media pembelajaran ini berpotensi menjadi sarana yang efektif pula untuk membangun konstruksi pemahaman dan sikap kritis siswa atas badai informasi yang ditawarkan media digital. 

Dari Power Point ke Power Point 

Pertama, maaf jika menyebut merk. Tetapi, mengingat sifatnya sharing, tidak mengapa jika saya menceritakan pengalaman pribadi saya. Mulanya, saya sangat suka dengan Microsoft Power Point. Power Point memudahkan saya untuk menyampaikan ide-ide saya di depan penguji skripsi dan tesis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline