Mungkin bagi sebagian besar orang, sosial media bukanlah lagi barang yang terbilang langka. Dunia yang terlalu luas untuk di jelajahi seakan-akan mengecil seiring berkembangnya zaman berkat media sosial.
Cukup dengan beberapa langkah, manusia telah memasuki dunia lain yang lebih dikenal dengan sebutan Dunia Maya. Bermodalkan internet, widget, dan akun, manusia diberbagai ujung bumi layaknya tetangga yang sudah kenal baik .
Namun di balik keagungannya, Sosial Media juga menjadi bukti akan keterbatasan manusia sebagai mahluk ciptaan dengan berkembangnya jenis kebohongan baru yang lebih dikenal dengan Hoax.
Bagi sebagian besar orang, Hoax yang terjadi di sosial media hanyalah barang sepele. Topik ini bahkan cenderung membosankan dan tidak perlu dibahas lagi. Namun sekecil apapun masalah, semua akan menjadi semakin besar kalau tidak dilakukan pencegahan sedini mungkin.
Industri Media berkembang pesat dengan adanya Sosial Media. Minat masyarakatpun beralih kepada media sosial yang dinilai lebih cepat dalam menyampaikan informasi.
Berlomba-lomba untuk menjadi yang tercepat dalam menyampaikan secercah berita demi reputasi tanpa sempat melakukan penyaringan informasi yang ada.
Aktual dan Faktual layaknya barang bekas yang siap dibuang tanpa adanya pemulihan. Masyarakat juga tidak luput dari kesalahan akan penyebaran berita HOAX.
Masuknya era Citizen Journalism memudahkan setiap masyarakat untuk menyebarkan berita dengan atau tanpa adanya Fakta yang merupakan kunci dari berita yang bersifat perlu dan terpercaya.
Penyebaran berita-berita yang dilakukan oleh pihak tidak bertanggung jawab sanggup menempatkan Industri Media sebagai tersangka utama dibalik semua penyebaran Hoax yang beredar dilayar elektronik widget masyarakat. O
rang-orang tidak bersalah dapat berakhir dibalik jeruji besi atau mendapatkan cap buruk dari stigma masyarakat yang didasarkan atas berita Hoax yang tersebar.
Berita HOAX sendiri bersumber dari penilaian subjektif dengan dasar emosi seseorang tanpa disertai fakta yang jelas sumbernya.