Daging dan Roh merupakan dua komponen penting dalam setiap mahluk hidup. Tumbuhan, Binatang, maupun Manusia tidak akan sama apabila salah satu diantaranya ada yang terbang bebas tanpa arah dan tujuan. Oleh karena kedua hal ini, terciptalah mahluk hidup dan mahluk mati. Namun ternyata, daging dan roh tidaklah cukup untuk memenuhi kriteria sebagai manusia yang utuh.
Diperlukan sebuah hal yang memang tidak kasat mata secara fisik namun mampu membedakan manusia dari binatang dan tumbuhan." Perasaan" atau "emosi"akhirnya tercipta sebagai identitas khusus untuk manusia yang membedakaanya dari ciptaan yang lain.
Perasaan atau emosi yang sudah meluap harus segera dituangkan supaya tidak terbuang sia-sia. Wadahnya juga tersedia dalam berbagai hal sesuai dengan kemampuan serta kebutuhan setiap manusia. Alangkah baiknya apabila "perasaan" tersebut dapat dituangkan dalam wadah yang bernama "seni" ketimbang hanya dilampiaskan untuk menyakiti mahluk hidup yang lain.
Rupa, Musik, Vocal, Pahatan, Tarian, dan Puisi hanyalah penggolongan besar dari berbagai jenis "seni" yang terdapat di dunia ini. Negri Sakura atau yang lebih dikenal Jepang, sangat kental dengan seni tradisional yang mampu berkolaorasi dengan seni modern.
Berbagai upacara dan festival yang diadakan tidak lepas dari unsur tradisional serta budaya "pop culture" yang terkenal dikalangan generasi zaman now. Puisi merupakan salah satu medium yang banyak digunakan masyarakat di Jepang guna mengekspresikan sebuah hal.
Haiku adalah salah satu bentuk puisi pendek yang sudah ada sejak dahul kala. Bermula dari puisi yang disebut Renga yang digunakan sebagai bahan pertunjukkan yang populer dari abad ke-9 sampai abad ke-12. Pada abad ke-16, salah satu variasi dari Renga yang disebut dengan Haikai mengalami perkembangan pesat dan populer di berbagai kalangan masyarakat karena Haikai mampu ditulis secara panjang dan mendorong imajinasi penulisnya untuk berkarya.
Pada abad ke-17, Hokku yang merupakan 3 baris awal dari sebuah Haikai dipopulerkan oleh berbagai penyair seperti Matsua Basho (1644-1694) ,Yosa Buson (1718-1783) , dan Kobayashi Issa (1763-1827) namun Hokku masih menyatu dengan Haikai. Hingga abad ke-20 zaman Meiji, seorang penyair bernama Masaoka Shiki ( 1867-1902) membebaskan Hokku dari Haikai menjadi sajak tersendiri yang diberi nama Haiku dan tetap dilestarikan hingga kini.
Haiku terdiri dari 3 baris dan total 17 suku kata dengan pola (5-7-5) yang umumnya menceritakan tentang berbagai perbedaan di tiap musim dan juga alam. Kesederhanaan, intensitas serta to the point menjadi 3 karakteristik dari sebuah Haiku, Seiring dengan berjalannya waktu,
Haiku beranjak dari Jepang dan terbang ke berbagai penjuru dunia hingga akhirnya Haiku mendunia dan memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat segala penjuru dunia . Layaknya sebuah foto, Haiku mampu menggambarkan sebuah penggalan alam dan berbagai hal yang terjadi dalam diri manusia dalam 3 baris pendek yang sungguh bermakna
Contoh Haiku:
Orange falling leaves