Lihat ke Halaman Asli

Densa Story

Content Creator

Jurus Jitu agar Masyarakat Patuhi Protokol Kesehatan

Diperbarui: 7 Januari 2021   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: TangerangNews.com | Penumpang angkot yang berdesakan di masa pendemi Corona COVID-19

Pandemi virus Corona Covid-19 ini sangat mempengaruhi gaya hidup kita. Kita tidak bisa kembali berjabat tangan, berkerumun, dan saling memandang senyum. Senyuman orang tercinta hanya bisa kita lihat sesipit apa matanya, sebab bibirnya tertutup oleh masker. Kita pun tak bisa duduk berdempet-dempet lagi dengan orang-orang yang kita cintai, pergi bersama, jalan bersama. Kalau pun masih bisa, tentu tak bisa seleluasa sebelum pandemi.

Kita disuruh oleh Pemerintah dan WHO untuk menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dengan urutan: Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir supaya steril, lalu ambil masker dan pakailah masker menutupi hidung dan mulut, lalu ketika bertemu dengan sesama manusia jagalah jarakmu minimal 1 meter, sebab kita harus selalu curiga bahwa manusia itu bawa virus Corona. Kebiasaan ini harus menjadi gaya hidup manusia sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Masyarakat di dunia dan di Indonesia itu beragam. Ada yang kaya dan miskin, ada yang pintar dan bodoh, ada yang patuh dan bandel. Patuh pun ada yang karena sadar untuk keselamatan diri sendiri, ada yang patuh karena terpaksa takut ditilang polisi. Sebab menurut pakar ahli kesehatan, pandemi Corona ini tidak bisa berakhir bila perilaku masyarakat tidak kompak melakukan protokol kesehatan secara disiplin.

Kelompok masyarakat yang paling tidak patuh terhadap protokol kesehatan kebanyakan berasal dari golongan kaum menengah ke bawah. Golongan masyarakat ini kesadarannya kurang terhadap bahaya virus Corona. 

Mereka umumnya tidak mau pakai masker, mencuci tangan, apalagi disuruh menjaga jarak. Banyak sekali reaksi yang mereka lakukan ketika disuruh untuk menerapkan protokol kesehatan.

Suatu hari masuklah seorang bapak yang berprofesi sebagai satpam komplek ke supermarket yang berada di komplek perumahan itu. Bapak itu ke situ hendak membeli baterai untuk menyalakan alat pendengaran istrinya yang tuli. Karena terburu-buru, bapak itu masuk ke supermarket itu tidak memakai masker dan tidak di cek suhu tubuh, sebab ia masuk melalui pintu keluar yang tidak dijaga satpam supermarket.

Bapak itu nyelonong masuk dan sampailah dia ke bagian elektronik yang menjual baterai. Ketika karyawan muda supermarket itu melihat bapak itu tidak memakai masker, ia berkata, "Maaf pak, bapak harus pakai masker dulu. Bapak tidak boleh ke sini kalau tidak pakai masker." 

Bapak itu menjawab, "Mas, abdi teh keur buru-buru, istri abdi teh teu tiasa ngadenge butuh baterai keur nyalain alatna!" 

Karyawan muda lainnya menjawab, "Maaf nggak bisa pak, bapak tetep harus pakai masker dulu." Karyawan-karyawan supermarket ini maksudnya baik, supaya mengajarkan orang lain untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan Covid-19, agar supaya melindungi karyawan dan pengunjung lain dari penularan virus Corona.

Tapi bapak yang berprofesi sebagai satpam komplek itu murka, "Dasar maneh teh Bagong (artinya: babi hutan), yang pake masker teh Bagong sia, maneh teh ... (mengucapkan kata-kata yang tidak terpuji).

 Dua karyawan muda itu dengan tabah dan ikhlas hati menerima hardikkan bapak itu. Sangat disesalkan tindakan bapak yang berprofesi satpam komplek ini yang memarahi karyawan supermarket, apalagi sampai mengata-ngatai mereka dengan kata-kata yang tidak terpuji, hanya gara-gara mereka menyuruh bapak itu pakai masker.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline