Lihat ke Halaman Asli

Yuk Temani Anak di Awal Masuk Sekolah!

Diperbarui: 12 Agustus 2016   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sangat senang membaca ulasan blog competition dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga yang bekerjasama dengan kompasiana, yeaaayy saya sangat setuju sekali jika orang tua ikut berpartisipasi dalam pendidikan anak di sekolah berkolaborasi dengan guru sebagai pendidik diluar rumah. Tentu ini akan sangat membantu anak dalam memulai masa pendidikan di bangku sekolah sehingga membantu program pemerintah juga pastinya. Saya juga setuju jika perusahaan memberikan kompensasi bagi orang tua yang ingin menemani anaknya saat memulai masa sekolah karena anak adalah generasi penerus bangsa maka sudah menjadi tanggungjawab bersama.

Saya juga ingin berbagi cerita tentang pengalaman saya saat menemani anak di hari pertamanya masuk sekolah. Kebetulan saya adalah orang tua yang baru menyekolahkan anak pertama di jenjang pendidikan usia dini sebelum memasuki sekolah dasar dan pendidikan yang lebih tinggi nanti yaitu Kelompok Bermain atau biasa disebut Playgroup jadi saya sama sekali tidak ada pengalaman sebelumnya. Hari pertama sekolah sudah dimulai tanggal 20 Juni lalu, karena masih nuansa bulan suci Ramadhan sekolah juga belum begitu serius seperti hari biasanya. Jadi ikut terbawa santai tidak begitu menegangkan, apalagi mungkin ini masih playgroup jadi masih seenak anak maunya gimana. 

Anak saya berusia 3 tahun 3 bulan jadi masuk kedalam kelompok bermain playgroup usia 3 s/d 4 tahun dan dinamakan Kelompok Bermain B. Alhamdulillah hari pertama masuk sekolah berjalan lancar tanpa dilalui drama tangis-tangisan ala film korea atau telenovela hehehe meski ekspresinya masih datar :D, mungkin karena salah satunya itu tadi orang tua yang ikut menemani anak, dia melihat orang tuanya ada saat awal mengenal dunia barunya mungkin juga ini masa sulit baginya bukan? Kalau papanya memang bekerja jadi saya sebagai ibu menjadi perwakilan. 

Di rumah, sebelum sekolah dimulai pelan-pelan saya dan suami juga ciptakan suasana betapa sekolah itu adalah tempat yang asyik dan menyenangkan, sering bercerita dan kalau kebetulan sedang nonton youtube kita perlihatkan gambar atau video anak-anak yang asik bermain di sekolah begitupun kakek, nenek dan sanak saudara. Sebelumnya mohon maaf bukan mengajari anak bermain gadget namun terkadang agak sulit terelekan, iya kan? Melihat orang tua atau sanak saudara atau teman bermainnya memegang gadget pasti dia muncul rasa ingin tahunya yang begitu besar. Yang terpenting kita orang tua berhati-hati dan mengawasi anak selama menonton jangan sampai terarah kedalam video dewasa dan jangan sampai anak menjadi kecanduan, tidak membiarkannya berlama-lama dengan gadget kalau urgent saja misalnya berhubung saya tidak pakai baby sitter kalau aktivitasnya memasak saya ajak masak biasanya mainannya wajan, cobek, pekakas dapur yang tidak berbahaya seperti benda tajam tapi misalnya sholat agar tidak menganggu biasanya sesaat diberikan gadget karena itu yang bikin dia anteng kalau mainan lain biasanya dia banyak bertanya, main gadget saja kita masih interaksi dan dia memang banyak bertanya, apa ini mah apa itu ini ko begini ini ko bisa begitu. Kalau kita bijak menggunakan media insya Allah itu akan bermanfaat. Pokonya bagaimanapun caranya agar si anak membayangkan sekolah itu menyenangkan, meskipun jujur saya sebetulnya agak sedikit was-was karena saya dan suami tadinya ingin menyekolahkan saat usia setidaknya 4 tahun itupun saya tidak mau sampai membuatnya under pressure, harus penuh sukarela karena akan percuma dan mubazir jika kita paksakan. Namun orang tua kami menginginkan untuk mulai saat ini jadi tak ada salahnya jika kami coba saja mungkin orang tua kami lebih tahu dan lebih berpengalaman juga. Selain bisa membahagiakan orang tua kita juga ingin anak ikut bahagia tidak terbebani apalagi usianya masih terbilang dini jadi seluruh pihak keluarga juga ikut berpartisipasi, sebelum masuk sekolah sempat diajak melihat sekolahnya awalnya sempat bilang ga mau sekolah, kedua kali diajak saat pendaftaran ia mulai terbiasa, perlahan sayapun ikut memperkenalkan permainan-permainan disana dengan penuh ekspresi 'waah kak ada banyak bola yaah, wah ada ayunan,perosotan kakak kan suka yaa'..dia senyum sambil mengangguk-angguk dan saya pun ikut berkomuniasi dengan para guru, anak kan jadi melihat oh iya mama juga mau disini karena bagaimanapun kan katanya orang tua itu role model, contoh bagi anak dan itu memang betul. 

Tak lupa kitapun segera memanjatkan doa semoga si anak sholehah ini mau sekolah dan betah sekolah kasian papa udah keluarin biaya yah nak. Mari bekerjasama.. dan sepertinya ia mengerti, hehe..

Yap, hari pertama dimulai...bissmillah. Anak saya yang sekolah tapi ko saya mamanya yang deg-degan dan ikut repot pastinya karena biasanya bangun pagi itu agak santai siapin sarapan, mandiin, beres-beres rumah nah sekarang harus agak buru-buru karena pagi-pagi harus segera ikut mengantar dan menemani anak ke sekolah hmmm lumayan menambah kesibukan apalagi asistant rumah tanggapun sedang cuti selama bulan puasa dan entah apakah dia akan kembali atau berhenti selamanya tapi alhamdulillah semua berjalan lancar yang tadinya saya khawatir duh gimana nih kalau dia ga mau bangun lebih pagi terus cepat-cepat mandi, gimana nih kalau bekal sarapannya belum siap beruntung alhamdulillah semangaat semua berjalan lancar jaya. 

Hari pertama sebelum masuk kelas diawali dengan berbaris rapi, semacam upacara dan nyanyi-nyanyi penyemangat, anak saya dan teman-temannya sesama playgroup masih diam-diam senyam senyum polos hehe, berbeda dengan anak TK A dan TK B yang mungkin sudah lebih dahulu masuk sekolah jadi sudah hafal lagu-lagunya dan malu-malu sudah berkurang. Sayapun ikut memberikan support "Ayoo naak tepuk tangan, ayooo nak rencang depan, ayoo nak ikut nyanyi, ikut benerin tangannya kalau lagi berdoa" bu gurupun ikut senang dibantu , sang anak masih malu-malu beda kalau di rumah nyanyi dengan suara lantangnya. 

Setelah berbaris kemudian masuk ruangan tengah belum masuk kelas karena masih hari pertama, masih lanjut nyanyi-nyanyi, doa bersama dan memperkenalkan diri. Lucu-lucuuu kalau anak-anak ada yang kerjannya mondar-mandir saja tidak mau duduk, ada yang kerjaannya teriak-teriak, ada yang maunya makan saja, ada yang tengak tengok nyariin mamanya 'masih ada ga ya nemenin aku'.. (siapa tuuh...) iya sesekali anak saya nengok terus senyum mungkin dalam hatinya 'oh mama masih ada nungguin aku' tenang naak..mamah setia menemanimu disini :*. 

Ada juga yang ditemani asistant orang tuanya alias si mbak atau ada juga yang ditemani neneknya, tantenya, tidak masalah yang penting sudah dipesankan orang tuanya dan si anak tenang selama di sekolah. Nah ada satu orang anak yang menangis karena ditinggal orang tuanya keluar ruangan dan ibu guru pun menutup pintu ruangan entahlah mungkin mamanya tidak enak sama bu guru kalau masuk lagi atau kenapa akhirnya sang anak menangis tak henti sampai waktu sekolah usai dan keesokan harinya anak tersebut tidak kelihatan lagi di sekolah. 

Ini yang dikhawatirkan akan terjadi, mungkin karena dia merasa sendiri,shock tanpa ditemani terlebih dahulu jadi ia trauma dan enggan sekolah karena ia beranggapan kalau sekolah itu tempat yang kurang menyenangkan baginya. Saya dan orangtua lain mencoba membujuk saat itu sebaiknya ibu masuk dulu agar anak tenang terlebih dahulu mungkin si ibu sudah tidak enak sama bu guru. Akhirnya mungkin butuh waktu untuk mengembalikan perasaan senang anak dengan lingkungan sekolahnya, semoga saja setelah liburan lebaran nanti dia kembali sekolah dengan semangat barunya dan lebih ceria, aamiin. 

Di hari berikutnya juga ada anak yang menangis karena ditinggal neneknya dan menular ke anak yang lain karena ditinggal orang tuanya diam-diam hingga saat ini si anak minta terus ditemani di dalam kelas. Sepertinya kalau untuk anak playgroup atau beberapa anak tertentu mungkin harus ditemani lebih dari satu hari pelan-pelan sampai ia benar-benar siap ditinggal. Saya dan orang tua murid lainnya sharing, sebaiknya memang orang tua tidak diam-diam pergi namun perlahan beri pengertian kepada anak bahwa orang tuanya akan meninggalkan dia sebentar, beri tahu bahwa disana ada ibu guru dan teman-teman yang banyak dan ia akan kembali untuk menjemput atau si mbak nya atau saudaranya yang lain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline