Lihat ke Halaman Asli

Siapa yang Mensubsidi?

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita mengenai kenaikan BBM untuk mengurangi subsidi pemerintah telah menarik perhatian masyarakat, baik yang pro maupun kontra. Namun sebetulnya tidak semua orang paham dengan masalah ini sampai detilnya. Untuk memudahkan pemahaman, penulis mencoba menganalogikan proses kenaikan BBM ini dengan cerita mengenai tukang jahit.

Kisah dimulai dengan Pak Adil pergi ke tukang jahit membawa kain miliknya untuk dijadikan baju. Pak Adil dalam kisah ini mewakili rakyat Indonesia, kain adalah minyak mentah hasil bumi Indonesia, baju adalah BBM dan tukang jahitnya adalah PERTAMINA.

Terjadi dialog sebagai berikut:

Adil (A): Pak, tolong dijahitkan kain ini untuk menjadi baju sehari-hari saya.

Penjahit (P): Baik Pak. Nanti saya tambahkan kain untuk bagian leher karena kain bapak ini tidak cukup.

A:  OK. Kalau tidak ditambahkan kain lagi nanti malah lucu dan saya masuk angin. Bagaimana dengan ongkosnya?

P:  Ya seperti biasa pak. Bapak bayar ongkos jahit dan kain tambahan itu…

A: Oh ya.. wajar itu.. Kalau kain utamanya khan dari saya ya.

P: mmm.. bapak juga harus membayar kain yang bapak bawa itu.

A: saya tidak mengerti….

P: Biar gampang pak, harganya saya samakan dengan harga kain tambahan tadi. Ini biasa pak .. cuma masalah akutansi.. biar gampang ngitungnya.

A: Wah… lah terus duit yang saya bayarkan untuk kain milik saya yang saya bawa tadi .. itu untuk apa?

P: Itu nanti saya serahkan Pak RT. Saya khan anak pak RT (sambil senyum). Kata pak RT masih dibutuhkan dana banyak untuk membangun RT kita ini.

A: iya.. (kok jadi gini ya… ).. tapi saya khan sudah bayar iuran RT. Apa masih kurang?

P: Gini loh pak. Ini kain memang punya bapak tapi kalau bapak masih bisa nyumbang khan gak papa, toh semua pembangunan RT ini untuk kepentingan bersama.

A: … (mikir)

P: lagipula kalau orang RT sebelah melihat bapak memakai baju yg murah dan bapak bikin banyak, mereka jadi kepingin. Mungkin mereka akan mencuri baju bapak. Nah dengan harga yang lebih tinggi, Bapak juga tidak akan sering-sering bikin baju baru.

A: wah… saya makin tidak mengerti. Mungkin ada bagusnya juga saya tidak sering bikin baju baru dan dananya untuk kegiatan lain. Jadi uang lebihnya tadi semua akan dikasihkan pak RT ya?

P: yah pasti donk pak.. saya khan bukan koruptor. Saya cuma potong sedikit karena sudah membantu pengurus RT memungut uang bapak untuk pembangunan RT kita.

A: ya ya ya (dalam hatinya gondok)..  saya sudah .. nanti di pertemuan RT akan saya tanyakan kenapa iuran yang ada selama ini tidak cukup.  Kemaren saya lihat pak RT membeli mobil dinas baru, mempercantik kantor RT serta menambah AC.

P: Oh yang itu kebetulan saya tau pak. Itu supaya RT sebelah tau kalau kita RT kaya, isinya orang-orang kaya semua. Seragam RT yang baru itu juga supaya nanti kalau ada pertemuan RW, kita lebih percaya diri ketika berhadapan dengan pengurus RT lain.

A: …

Pak Adil merasa uangnya yang tinggal sedikit itu membuat dia semakin sulit bergerak untuk memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik. Dia merasa semakin bergantung sama Pak RT dan para pembantunya.

Begitulah kisah Pak Adil dan Penjahit serta Pak RT beserta jajarannya,  yang mewakili kisah Anda dan PERTAMINA serta Pemerintah. Jadi sebetulnya siapa yang mensubsidi siapa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline