Mamah, begitu panggilan saya untuk ibu tercinta. Panggilan mamah umum dijumpai di lingkungan keluarga Sunda.
Inginnya terdengar modern, "mama", namun tetap tidak bisa lepas dari logat khas Sunda. "Mamah"-lah jadinya.
Mamah hanya menyisakan kurang dari dua tahun menuju masa pensiunnya. Setelah berkarya selama lebih dari 30 tahun di dunia pendidikan, tak lama lagi ia akan meninggalkannya.
Bersama dua guru lain, mamah susah payah membangun SMP yang berada di pelosok Kuningan, Jawa Barat. Mamah adalah yang paling terakhir pensiun di antara guru-guru pendiri sekolahnya.
Mamah dikenal sebagai sosok yang enerjik. Ia masih aktif dalam berbagai kegiatan sekolah dan jarang sekali absen karena kurang enak badan. Saat kondisi masih normal, mamah masih sering pulang pergi ke sekolah dengan menggunakan kendaraan umum khas daerah setempat, mobil bak terbuka. Padahal jarak tempuhnya mencapai lebih dari 10 km.
Hal tersebut mengundang banyak tanda tanya dari orang-orang seumurannya. Di saat yang lain jatuh bangun melawan penyakit masa tua, mamah masih sehat dan bugar.
Senyumnya masih sumringah. Meski banyak timbul keriput di wajah, ia senantiasa terlihat segar dan bersemangat. Seolah tidak pernah mengkhawatirkan masa pensiun yang menantinya.
Setelah ditelusuri, mamah ternyata melakukan beberapa hal untuk menjaga kondisi fisik dan juga mentalnya.
1. Rutin berjalan kaki
Mamah rutin berjalan kaki sejak sekitar 12 tahun lalu. Bukan tanpa sebab, mamah sering berjalan kaki untuk melatih fisik agar siap melaksanakan ibadah haji di tahun tersebut.
Ibadah haji merupakan rukun Islam ke-5 dan merupakan salah satu ritual ibadah yang sulit untuk dilakukan. Ibadah haji memerlukan modal finansial, fisik, dan juga mental. Selain harus menyiapkan ongkos naik haji (ONH), jamaah haji juga perlu mempersiapkan diri agar tetap sehat dan tidak mudah mengeluh selama menjalani ibadah.