Nikel belakangan menjadi primadona di dunia pertambangan, khususnya Indonesia. Ibarat harta karun, nikel banyak diburu. Investor domestik dan asing ramai berdatangan, berebut lahan potensial nikel yang menjanjikan.
Bagi pegiat bidang geologi, banyaknya investor yang masuk merupakan berkah tersendiri. Tersedia lowongan kerja bagi geologist baru dan berpengalaman. Mereka ingin bergerak cepat, merekrut sebanyak mungkin orang agar pekerjaan bisa segera mendulang keuntungan.
Akhirnya banyak wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) diterbitkan. Eksplorasi tak henti dilakukan, produksi digenjot hingga kapasitas maksimalnya.
Peningkatan besar-besaran dalam eksplorasi dan eksploitasi nikel tidak lain terjadi karena permintaan pasar terhadap nikel itu sendiri. Nikel merupakan bahan baku baterai bagi mobil listrik, kendaraan ramah lingkungan masa depan.
Sebagai geologist, saya akan coba menguraikan nikel dari sisi geologi, pertambangan, serta masa depan apa yang menanti nikel produksi Nusantara.
Apa itu nikel?
Sejak lama, pertambangan nikel menuai kontroversi. Kegiatannya dicap sebagai perusak alam, tidak peduli dengan kelangsungan ekosistem sekitarnya. Beberapa media bahkan melabeli pertambangan nikel sebagai usaha menjual Tanah Air ke luar negeri.
Secara harfiah, nikel memang berasal dari tanah (belum sepenuhnya jadi tanah sih). Tidak seperti gambaran umum tambang yang dekat dengan bebatuan, nikel nyatanya diperoleh dari tanah hasil pelapukan batuan.
Nikel dalam tabel periodik adalah unsur dengan nomor atom 28 dan disimbolkan dengan Ni. Nikel merupakan logam transisi yang bersifat keras namun elastis.
Nikel umumnya dapat dijumpai pada batuan ultramafik. Batuan ultramafik adalah batuan dengan kandungan silika kurang dari 44 persen. Biasanya batuan jenis ini terbentuk di kerak samudera.
Nikel juga dijumpai pada meteorit yang mampir ke bumi. Kemiripan karakteristik inilah yang mendasari kepercayaan ahli kebumian bahwa pembentukan bumi tidak lepas dari peran lingkungan ekstraterestrial.
Karakteristik kerak samudera yang didominasi oleh batuan ultramafik dan batuan sedimen laut dalam banyak dijumpai di bagian timur Indonesia. Wilayah tersebut terdiri dari pecahan benua dan kerak samudera yang dikontrol pergerakan tektonik Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Aktivitas tektonik yang intens menyebabkan banyak batuan terangkat dari dasar samudera, salah satuanya batuan ulramafik tadi.