Lihat ke Halaman Asli

Deni Mildan

Geologist

"Lelaki Harimau", Manusia dan Masa Lalu yang Berliku

Diperbarui: 14 Mei 2020   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dokumentasi pribadi

Lelaki Harimau adalah novel karya Eka Kurniawan yang saya baca tuntas setelah “O” (baca di sini). Jumlah halaman yang lebih sedikit agaknya jadi motivasi tersendiri untuk menyelesaikan penuturan kisah di dalamnya sesegera mungkin.

Sempat menduga-duga buku ini akan berhubungan dengan legenda sebagian masyarakat Sumatera sebelum mulai membaca. Jauh dari ruang lingkup cerita yang ajaib, Manusia Harimau justru menghadirkan konflik sederhana namun sarat makna dalam nuansa gelap.

Cerita diawali dengan tersiarnya kabar Margio membunuh Anwar Sadat pada suatu sore. Tidak ada yang menduga si pemuda jagoan perburuan babi menghabisi nyawa ayah sang gadis pujaan hati. Yang lebih mengejutkan, Anwar Sadat tewas dengan luka menganga lebar di lehernya. Sudah dipastikan Margio yang tidak bersenjata menggitit putus urat leher pria tua tersebut hingga merahnya darah mewarnai kaos Toko Emas ABC yang dikenakannya.

Kisah tragis tersebut terjadi hanya beberapa hari setelah kepergian adik dan ayah Margio untuk selama-lamanya. Kenapa harus Anwar Sadat? Orang-orang justru akan lebih maklum jika yang ia bunuh adalah ayah kandungnya yang laknat.

“Bukan Aku”

“Ada harimau di dalam tubuhku”

Eksekusi Margio terhadap Anwar Sadat yang berlangsung beberapa saat kemudian pembawa pembaca terbang ke dalam kisah masa lalu tiap-tiap karakter. Penulis memberikan gambaran apa sebenarnya “harimau” yang dimaksud Margio, siapa Anwar Sadat, dan bagaimana dua tokoh beda keluarga ini saling terhubung satu sama lain.

Alur maju-mundur yang lambat memberikan gambaran keterikatan yang kuat antara kejadian masa lalu yang dialami seorang tokoh dengan perilakunya di masa sekarang meski dilandasi oleh sebuah peristiwa sepele. Rumah tangga kacau balau Nuraeni dan Komar bin Syueb, orang tua Margio merupakan salah satu contohnya. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Nuraeni, Margio, dan kakaknya adalah buntut dari kekecewaan Nuraeni terhadap Komar yang semasa muda tidak kunjung mengirimi surat kala keduanya terpisah jarak.

Secara tersirat, penulis mencoba memberikan gambaran bahwa setiap kejadian dalam kehidupan sehari-hari meskipun sederhana merupakan buah dari perjalanan masa lalu yang penuh liku-liku. Nilai moral yang kadang mengandalkan pemahaman praktis terhadap suatu peristiwa belum tentu cukup untuk menilai kehidupan manusia yang beragam dan panjang latar belakangnya. Seperti gambaran masa lalunya yang lambat, Manusia Harimau seolah mengajak kita untuk bersabar memahami sebuah peristiwa secara objektif terutama dari segi perkembangan psikologis. Pesan ini patut diresapi karena begitu relevan dengan kehidupan di era sekarang.


Informasi Buku

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline