Lihat ke Halaman Asli

Deni Maldini

Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang

Mengkritik Cerpen Langit Makin Mendung Karya Kipanjikusmin

Diperbarui: 17 Desember 2023   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerpen "Langit Makin Mendung" karya Kipanjikusmin menggambarkan kritik sosial dalam dua hal utama: kritik terhadap pemerintahan orde lama dan kritik terhadap masyarakat. Lingkungan sosial pengarang mempengaruhi kritik terhadap pemerintah, karena cerita mencerminkan konteks sosial, budaya, dan politik yang mempengaruhi pengarang dalam menciptakan karya sastra. 

Selain itu, kritik terhadap masyarakat dalam cerita ini dipengaruhi oleh kondisi sosial, budaya, dan politik yang ada di Indonesia pada saat penulisan. 

Kisah ini mencerminkan kritik penulis terhadap kekacauan pemerintah dan kehidupan sehari-hari masyarakat, menyoroti masalah-masalah sosial yang lazim terjadi pada rezim orde lama. Konteks sosial, budaya, dan politik pada masa itu sangat mempengaruhi penggambaran kritik sosial pengarang dalam cerpen "Langit Makin Mendung". 

Kisah tersebut mencerminkan realitas sosial dan budaya Indonesia pada masa rezim orde lama, dimana terdapat permasalahan korupsi pemerintah, penyalahgunaan kekuasaan, dan kesenjangan sosial. Kritik penulis terhadap kekacauan pemerintah dan keseharian masyarakat dalam cerita dipengaruhi oleh kondisi sosial, budaya, dan politik yang ada di Indonesia pada saat penulisan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh saudari Resti Nurfaidah yang berjudul KRITIK ADJIDARMA DALAM EMPAT CERPEN: TENTANG GENDER DAN KELIYANAN, penelitian ini menjelaskan bahwa Kritik sosial Ajidarma hadir sebagai wujud kepekaan tinggi dalam membaca situasi dan kondisi lingkungan dan negeri ini. 

Pengetahuan yang luas dan kepiawaian dalam merangkai kata, membuat Ajidarma mampu melahirkan karya sarat pesan dengan kemasan yang sangat indah. Kritik sosial yang muncul dalam keempat cerpen berikut: "Pelajaran Mengarang", "Sepotong senja untuk Pacarku", "Telinga", dan "Maria" terarah pada dua fokus berikut, yaitu gender dan keliyanan. 

Konflik gender terjadi karena karena kehilangan. Konflik tersebut seolah tidak pernah terselesaikan karena tokoh perempuan tidak pernah diberikan lahan untuk mengembangkan pola pikirnya dan berlatih menuntaskan penyelesaian konfliknya. Konflik gender dalam penelitian mengarah pada inferioritas. Hal itu menyebabkan tokoh perempuan mengalami keterbatasan dalam pola pikir dan penyelesaian konflik. 

Keliyanan terjadi karena dikotomi perempuan dan laki-laki. Tokoh perempuan di-liyan-kan atas eksistensi laki-laki. Keliyanan perempuan menyebabkan tersudutnya mereka pada marginalitas. Namun, kondisi sebaliknya terjadi pada cerpen "Maria", tokoh Antonio di-liyan-kan oleh keluarganya sendiri yang notabene terdiri dari para perempuan.

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Bogdan (1982:2) mengemukakan bahwa metode kualitatif adalah metode penelitian yang bersifat alamiah dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, dari orang, perilaku, atau data-data lainnya yang dapat diamati. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerpen Langit Makin Mendung yang yang terdapat dalam kumpulan cerpen Langit Makin Mendung Karya kipanjikusmin. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk data kualitatif yang berupa kata-kata, kalimat, dan paragraf dalam cerpen Langit Makin Mendung yang mengandung informasi berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Data-data tersebut diambil dengan cara membaca, mencermati, menyalin, dan mengumpulkan sesuai klasifikasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

PEMBAHASAN

1. Konteks Sosial Cerpen Langit Makin Mendung

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline