Lihat ke Halaman Asli

Mengungkap Cerita Liam Payne: Kehidupan Dibalik Sorotan

Diperbarui: 7 Agustus 2024   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liam Payne adalah salah satu dari sedikit orang di dunia yang telah merasakan tekanan dan kemuliaan menjadi bintang pop sejak usia 14 tahun. Dia dan rekan-rekannya di One Direction sering disebut sebagai "The Beatles modern," sebuah pengakuan yang tidak bisa dianggap remeh. Selama satu dekade terakhir, Liam mengalami banyak hal yang mungkin hanya bisa diceritakan oleh segelintir orang di planet ini. Dari tur dunia, krisis kesehatan mental, skandal, hingga hubungan asmara yang menjadi sorotan, perjalanan Liam benar-benar luar biasa.

Bayangkan, jika kamu berusia 16 tahun dan bisa memilih apa pun yang ingin kamu capai dalam hidup, mungkin menjadi bintang sepak bola profesional atau anggota boyband yang berkeliling dunia terdengar seperti mimpi yang sempurna. Namun, realitas yang dihadapi Liam Payne sangat berbeda dan mungkin akan mengubah pandangan kita tentang kemuliaan dan ketenaran.

Selama lockdown, seperti banyak dari kita, Liam juga merasakan tekanan dan kebingungan. Dia harus belajar melakukan banyak hal yang biasanya ditangani oleh timnya sendiri, seperti styling, makeup, dan seting green screen untuk berbagai pekerjaan online. Meski awalnya tampak menarik, akhirnya Liam merasa terjebak dalam rutinitas yang membosankan dan tidak sehat.

Liam mengakui bahwa berhenti bekerja, yang awalnya dianggap sebagai berkah, ternyata menjadi tantangan terbesar baginya. Kebiasaan baru seperti menghabiskan waktu berjam-jam di sofa menonton Netflix bersama pasangannya saat itu, menambah perasaan terisolasi dan hilangnya arah dalam kariernya.

Sebagai pribadi yang sangat aktif dan terbiasa dengan jadwal yang ketat sejak usia muda, Liam merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan banyak waktu luang. Ini membawa kita pada konsep "toxic productivity" di mana seseorang merasa harus selalu produktif untuk merasa berharga. Liam harus belajar bahwa tidak melakukan apa-apa pun bisa menjadi bagian penting dari menjaga kesehatan mentalnya.

Selama lockdown, kebiasaan buruk seperti minum alkohol mulai muncul, menambah masalah yang sudah ada. Liam dengan jujur mengakui bahwa alkohol menjadi pelarian dari kecemasan sosial dan tekanan yang ia rasakan. Namun, dia juga menyadari bahwa tanpa rutinitas yang jelas, batasan antara waktu bekerja dan beristirahat menjadi kabur.

Sebagai seorang selebriti yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam sorotan, Liam memiliki pandangan unik tentang ketenaran. Dia menyadari bahwa selama bertahun-tahun, dia hidup di bawah bayang-bayang orang lain yang mengatur hidupnya, mulai dari tim keamanan hingga manajer. Ini membuatnya merasa tidak punya kendali atas hidupnya sendiri.

Namun, ada juga sisi lain dari ketenaran yang mungkin tidak pernah kita bayangkan. Misalnya, saat dia pertama kali tampil di acara TV pada usia 14 tahun, dia dihadapkan dengan jutaan penonton, pengalaman yang sangat mendebarkan sekaligus menakutkan. Sejak saat itu, hidupnya selalu tentang bekerja keras dan mengulang hal yang sama setiap hari.

Ketika One Direction mencapai puncak popularitas, mereka harus menghadapi tekanan yang luar biasa. Tidak hanya dari industri musik, tetapi juga dari diri mereka sendiri. Setiap anggota band merasa perlu membuktikan diri mereka sendiri setelah band tersebut bubar. Liam, misalnya, merasa perlu menemukan sesuatu yang bisa dia kuasai di luar musik untuk memberikan rasa aman bagi dirinya.

Investasi menjadi salah satu cara Liam mengatasi ketakutannya akan masa depan yang tidak pasti. Dia belajar banyak dari orang-orang di sekitarnya tentang cara mengelola uang dan investasi. Ini memberikan rasa aman yang dia butuhkan untuk merasa lebih baik tentang masa depannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline