Lihat ke Halaman Asli

Denik

Freelance

Gara-gara Maps, Riding Tangerang-Bogor Sampai 8 Jam

Diperbarui: 13 September 2023   01:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mampir minum es kelapa di daerah Parung (dokpri)

Bogor. Kota terdekat dari Jakarta yang bisa dijadikan alternatif untuk jalan-jalan. Secara normal jarak Jakarta-Bogor bisa ditempuh dalam waktu 2 jam.Saya sudah beberapa kali melakukan solo riding ke Bogor. Namun baru kali ini riding terlama. Sampai 8 jam perjalanan baru tiba ditujuan. Gila kan? Padahal lokasinya tidak jauh dari pusat kota. Semua gara-gara maps.

Ceritanya saya bersama seorang kawan, mba Utami akan bersilaturahmi ke rumah salah satu teman di Bogor yaitu mas Ony. Beliau Kompasianer dan anggota Koteka.Tempat tinggal tepatnya di daerah Pasir Kuda.

Beliau mengadakan syukuran dan santunan anak yatim. Acara sebenarnya baru dimulai pukul 16.00 WIB. Berhubung cukup jauh dari rumah di Tangerang, saya putuskan berangkat lebih pagi.

Kalau usai Zuhur baru berangkat terasa menyengat. Karena cuaca sedang panas-panasnya. Maka begitulah, perjalanan ke Bogor dari Tangerang dimulai pukul 10.00 WIB. Sekitar pukul 12.00 WIB mampir menikmati es kelapa kemudian lanjut untuk salat Zuhur.

Setelah beres semua, saya kembali melanjutkan perjalanan. Perlahan tapi pasti sampailah di kota Bogor. Berhubung masih siang, maka diputuskan untuk makan siang terlebih dulu di sekitar Jalan Padjadjaran. Berhubung sudah mendekati waktu salat asar maka diputuskan untuk salat terlebih dulu.

Makan siang dulu sambil menunggu waktu asar (dokpri)

Cek maps, sekitar 30 menitan sampai tujuan. Okelah, salat asar dulu. Usai salat langsung pasang maps dan meluncurlah sesuai arahan maps. Dari sini drama dimulai. Karena ternyata arah maps berputar di situ-situ saja. Seputar Lapangan Sempur.
Saya coba ulangi lagi memasang maps. Meluncurnya di sana lagi. Jika sebelumnya saya mengambil arah ke kanan maka kali ini saya coba memilih arah ke kiri. Hasilnya? Motor diarahkan ke kampung Labirin.

Saya kebingungan mencari jalan keluar ke jalan raya. Bertanya pada warga sekitar, hasilnya menemukan jalan raya tapi harus melalui jalan menanjak yang tinggi sekali. Sempat ragu-ragu apakah motor yang saya kendarai kuat nanjak atau tidak? Apalagi sambil membonceng teman.

Kalau balik arah berarti masuk kampung Labirin lagi. Oh, tidak. Pilihan yang tidak mengenakkan semua. Akhirnya bismillah saja. Saya coba terabas tanjakan yang cukup tinggi. Alhamdulillah berhasil.

Dari sini saya ubah lagi arah maps. Menyusuri Jalan Padjadjaran sampai Warung Jambu ambil arah kiri menuju stasiun kereta api. Karena pertama kali saya berkunjung ke rumah mas Ony lewat sana.

Dengan percaya diri saya meluncur ke arah stasiun mengikuti maps. Hasilnya? Ya ampun. Saya kembali ke lapangan Sempur lagi. Ya ampun. Kok gini amat sih. Saya mulai putus asa. Karena hari semakin sore. Acara sudah hampir selesai.

Saya ulang lagi arah mapsnya. Ternyata menyusuri Jalan Padjajaran dan berulang lagi sampai ke lapangan Sempur. Asli. Ini sih benar-benar dipermainkan oleh maps. Sementara hari semakin gelap. Akhirnya saya ganti alamat lagi. Saya tulis alun-alun saja.

Tiba juga ditujuan (dokpri)

Pokoknya ikuti maps saja biar sampe alun-alun. Akhirnya memang sampai juga di alun-alun setelah melewati pasar dan bermacet-macet ria. Dari sana mulai lancar arahan mapsnya. Sayang acaranya sudah berakhir. Karena sudah lewat magrib.

Pada akhirnya saya tiba ditujuan dan bertemu dengan tuan rumah. Tapi ya gitu. Seharian dari Tangerang ke Bogor. Padahal aslinya 2 jam saja sampai. Semua karena maps.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline