Akhir pekan yang cerah, apa nih yang biasa teman-teman lakukan? Kalau saya sih macam-macam. Biasanya ada kegiatan dengan teman komunitas atau ada side job lain.
Namun untuk akhir pekan kali ini saya sengaja kosongkan kegiatan lain, sebab ingin silaturahmi dengan teman-teman di Tangerang. Mereka adalah teman-teman satu grup di Dewan Kesenian Kota Tangerang (DKT). Selama ini kita bisa bertemu dan kumpul bareng ketika ada pertemuan.
Selebihnya komunikasi kita lebih banyak lewat WhatsApp Grup. Untuk pertemuan secara personal atau per komite cukup sulit. Ada saja halangannya. Nah, mumpung sedang ada waktu luang maka saya putuskan untuk silaturahmi mengunjungi mereka.
Utamanya sih mereka yang sakit. Kebetulan teman DKT (Mba Achi) suami dan anaknya dirawat berbarengan di rumah sakit. Sebenarnya sudah beberapa hari dirawatnya. Teman DKT lainnya juga sudah mengajak besuk. Tapi saya baru ada waktu besuknya sekarang.
Jadilah hari Minggu pagi yang cerah, saya dan teman DKT (Mba Dwi) janjian di Rumah Sakit Tiara Tangerang tempat suami dan anak mba Achi dirawat. Tempat tinggal saya yang lebih dekat ke Jakarta, membuat saya harus berangkat lebih awal ke lokasi tujuan.
Kalau mengecek goegle map, sekitar 1 jam perjalanan menggunakan sepeda motor. Saya dan Mba Dwi meluncur ke lokasi dengan sepeda motor masing-masing. Mba Dwi sudah lebih dulu tiba di lokasi karena lebih dekat.
Sementara saya harus melewati beberapa wilayah di Tangerang. Ciledug, Pinang, Gondrong, Cipondoh, Cikokol, dan Karawaci. Saat berangkat happy-happy saja. Di tengah perjalanan emosi mulai naik turun. Bukan karena jalanan yang macet. Melainkan ulah pemotor lain yang seenak perut.
Bayangkan, menyalip dengan kecepatan tinggi dari arah kiri. Gimana enggak bikin jantungan? Kalau enggak bisa jaga keseimbangan bisa oleng. Lalu di daerah Cipondoh. Pasangan sesama jenis dengan santainya bermesraan di atas motor dengan posisi di tengah.
Diteriaki pengendara lain terus ngacir ngebut sekencang-kencangnya. Wah, bisa bikin kecelakaan beruntun kalau sampai menyenggol pengendara lain. Habis keduanya dimaki-maki orang. Termasuk saya ikut memaki.
Memasuki wilayah Cikokol emosi mulai reda. Meski berjibaku dengan kendaraan besar seperti bus dan truk. Tapi laju kendaraan tersebut tidak ugal-ugalan seperti sepeda motor. Jadi cukup tenanglah.
Eh, begitu memasuki daerah Karawaci. Mulai naik lagi emosi. Bagaimana tidak? Sepeda motor tidak mau mengalah. Padahal kondisi jalanan berlubang karena ada perbaikan. Saya hati-hati sekali khawatir kejeblos lubang. Eh, ada pemotor nyalib nyaris mepet.