Ketika Flamboyan Berbunga, sebuah puisi yang saya bacakan di acara KOngSI Kompasiana pada Sabtu, 13 Juli 2024. Puisi yang terinspirasi dari kekaguman saya terhadap bunga sepe alias bunga flamboyan. Bunga khas kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Puisi tersebut saya ciptakan tahun 2020. Tepatnya pada bulan Desember ketika saya sedang melakukan perjalanan dari Kupang menuju Atambua. Seorang kawan mengabarkan kalau saya datang ke Kupang antara bulan Nopember-Desember, maka saya akan disambut oleh bunga sepe.
Bunga sepe nama lain dari bunga flamboyan. Masyarakat Kupang menyebutnya demikian. Bunga khas Kota Kupang. Saya pikir ujaran kawan tersebut hanya candaan belaka. Ternyata benar.
Ketika akhirnya saya mendapatkan kepastian untuk berangkat ke Atambua pada akhir Desember 2020, saya coba buktikan kata-kata kawan saya tersebut. Saya sungguh tak sabar menanti momen tersebut.
Melihat bunga sepe yang bermekaran di sepanjang jalan El Tari. Ketika pesawat yang saya tumpangi mendarat di bandara El-Tari, Kupang. Hari masih pagi. Udara terasa sejuk usai diguyur hujan.
Perlahan saya keluar dari bandara menuju tempat penjemputan. Begitu mobil jemputan datang, saya duduk manis sambil memperhatikan sekitar. Benar saja.
Sepanjang jalan yang dilalui berjajar pohon sepe dengan bunganya berwarna merah menyala. Itulah bunga sepe alias bunga flamboyan.
Sungguh pemandangan yang indah. Mobil yang saya naiki melintas di tengah pepohonan sepe. Dari situlah hati saya tergerak untuk menggoreskan tinta dan menuangkan semua dalam bentuk puisi.
Saat itu hanya berupa coret-coretan. Barulah setelah kembali ke Jakarta saya rapikan dan tayangkan di Kompasiana. Sebuah puisi yang pada acara KOngSI mendapat kesempatan untuk diperdengarkan kepada para peserta yang hadir.
Bait-bait puisi Ketika Flamboyan Berbunga bisa baca di sini ya?