Mengunjungi Pulau Dewata, Bali merupakan salah satu mimpi saya sejak lama. Sudah beberapa kali direncanakan selalu saja gagal. Ada saja halangannya.
Bahkan akhir tahun 2022 saya ditawari oleh seorang kawan untuk berangkat ke Bali. Pokoknya berangkat saja. Semua fasilitas selama di sana sudah ditanggung. Tetap saja tak bisa berangkat.
Nah, baru akhir Januari 2023 mimpi itu terwujud. Tanpa disangka dan tanpa perencanaan. Itulah takdir. Hadir tanpa kita duga. Semua mengalir begitu saja. Jadi tidak ada kunjungan khusus akan kemana selama di sana. Judulnya sampai saja di Bali.
Nah, karena saya memiliki kawan yang tinggal di Bali. Maka hal pertama yang saya lakukan adalah mengabari dirinya. Kawan saya senang bukan main mendengar kabar tersebut. Maklum sudah 7 tahunan tak bersua.
Dulu saya dan dirinya kawan sekelas di SLTA. Lulus, kursus dan mencari kerja selalu bersama-sama. Sampai akhirnya ia menikah dan tinggal di Bali. Karena suaminya memang asli Bali. Sejak itu tak pernah berjumpa lagi.
Tak terasa sudah 7 tahun berpisah. Setiap hari ia memastikan kedatangan saya begitu saya kabari akan ke Bali.
"Jadi ke Bali kan, Nay?"
Nay, nama panggilan saya sewaktu di sekolah. Entah kenapa bisa begitu. Teman-teman dekat di sekolah senangnya memanggil saya demikian. Nay, Nay.
"Jadilah. Tiket sudah di tangan," kata saya.
Begitu terus hampir setiap hari. Memastikan. Memasuki hari H beda lagi pertanyaannya.
"Pesawat jam berapa, Nay?"