Lihat ke Halaman Asli

Erni Purwitosari

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

[True Story] Bersedekahlah, Meski Tidak Wajib Tapi Bisa Menolak Bala

Diperbarui: 28 April 2022   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Picture by pixabay


Bicara amal ibadah, biasanya kita cenderung melakukan amalan yang dilabeli "wajib." Seperti salat 5 waktu, dan puasa di bulan Ramadan.Kenapa? Sebab yang hukumnya wajib, jika tidak dikerjakan maka berdosa. Sementara yang tidak dilabeli wajib, jika dikerjakan mendapatkan pahala. Jika tidak dikerjakan tidak berdosa alias tidak  apa-apa. Contohnya sedekah.

Maka tidak berdosa kalau ada orang yang tidak mau bersedekah.  Mungkin orang tersebut tidak membutuhkan pahala lain. Sebab ganjaran bersedekah adalah limpahan pahala.

Jadi kalau ingin pahala kita banyak dan berlimpah. Sering-seringlah bersedekah. Selain mendapatkan pahala, ternyata sedekah bisa menjadi penolong kita. Penolak bala.

Bagaimana bisa? Bisa saja. Saya merasakannya sendiri. Baru niat padahal. Sedekahnya belum sampai pula. Tapi sudah diberikan pertolongan.

Ceritanya begini, saya berniat untuk silaturahmi ke rumah seorang teman yang bapaknya sedang sakit. Berhubung hari sedang cerah, maka saya mengendarai sepeda saja sambil diniati olahraga sore.

Sebelum berangkat saya membuat kue dulu untuk buah tangan. Bapaknya teman saya sangat suka dengan kue dadar gulung yang kerap saya bawakan. Dengan niat untuk menyenangkan hati orang tua dan anggap saja sedekah. Saya buatkan kue dadar gulung spesial.

Satu dus kue dadar gulung saya letakkan di keranjang sepeda. Saya pun segera melaju menuju daerah Bintaro. Jarak Tangerang-Bintaro lumayan juga untuk mencari keringat. Saya mengendarai sepeda dengan hati-hati sekali. Sebab melintasi jalan Ciledug Raya yang cukup ramai.

Malang tak dapat ditolak. Untung tak dapat diraih. Di sebuah perempatan saya merasakan tubuh ini dihantam keras dari belakang. Kemudian tubuh saya melayang dan terhempas di tengah jalan raya. Saya sadar dan melihat sebuah metromini melaju kencang ke arah saya.

Kaki saya yang tertindih sepeda tak bisa berbuat apa-apa selain memejamkan mata dan pasrah. Saya dengan suara teriakan orang-orang dan suara rem yang terdengar jelas. Begitu saya membuka mata, posisi saya di dalam kolong metromini bagian depan.

Orang-orang segera menarik saya dan menanyakan kondisi diri ini. Saya disuruh minta pertanggungjawaban pada pengendara motor yang menabrak saya dari belakang. Saya lihat di pengendara motor terduduk di trotoar dengan kaki bersimbah darah. Sementara saya bisa berdiri tanpa luka sedikitpun. Jadi untuk apa minta ganti rugi.

Saya segera melihat kondisi sepeda mini saya yang ternyata tidak apa-apa juga. Ajaibnya. Kardus kue di dalam keranjang pun masih utuh tidak rusak kue-kuenya. Saya sampai takjub. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline