Lihat ke Halaman Asli

Erni Purwitosari

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Semangat Membangun Kembali Usaha Menjahit Bersama JNE

Diperbarui: 23 Januari 2022   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karya terbaru adik saya tahun 2022. (Dokpri)

Pandemi Covid-19 memang sungguh luar biasa sekali dampaknya. Tahun pertama pendemi membuat terpuruknya roda perekonomian. Usaha besar maupun usaha kecil sama-sama merasakan dampaknya.Hal tersebut saya rasakan juga. Meski saya bukan pelaku usaha langsung. Namun saya memiliki keluarga, saudara dan teman yang merupakan pelaku usaha. Dua adik saya juga mengandalkan hidupnya dari usaha miliknya.

Satu adik membuka usaha makanan dan minuman. Berupa warung seblak, burger, sosis bakar dan aneka minuman. Adik satunya lagi membuka usaha jahitan.

Nah, adik yang memiliki usaha jahitan tersebut yang merasakan sekali dampak pandemi. Usaha jahitnya sepi. Siapa yang mau menjahitkan baju coba? Hajatan masih dilarang. Kebanyakan orang bekerja dari rumah. Tempat wisata ditutup.

Intinya urusan jahit menjahit baju bukan prioritas. Apalagi untuk menjahit baju biasanya ada interaksi langsung. Dengan mengukur badan terlebih dulu. Sementara ada pembatasan interaksi sosial diberbagai tempat.

Berbeda dengan usaha makanan dan minuman. Meski pemasukan agak berkurang akibat pandemi. Setidaknya masih ada yang membeli. Sangat berbeda dengan usaha jahitan.

Saya sedih juga melihat adik yang penjahit kebingungan mau membuka usaha apalagi. Karena jahitan sedang sepi. Sedangkan kebutuhan hidup sehari-hari tidak bisa ditunda.

Walaupun bukan usaha jahit yang besar. Tapi cukup ramai. Ada saja yang menjahitkan baju padanya. Mulai baju sehari-hari sampai seragam nikahan. Intinya memang penjahit serba bisa tapi masih dalam lingkup usaha kecil menengah.

Kesibukan menjahit (dokpri)

Suatu hari adik saya berujar, "Ada pelanggan yang mau menjahitkan baju. Untuk anaknya sih. Cumakan bingung belum ada ukurannya. Harus ngukur langsung. Sedangkan kita enggak boleh interaksi dulu."

Saya diam sesaat. Memang benar. Untuk urusan menjahit baju yang utama adalah ukurannya harus pas. Tentu harus bertemu secara langsung. Kalau untuk model bajukan fotonya bisa dikirim lewat WhatsApp. Kalau ukuran badan? Repot juga bukan?

Eh, bicara kiriman saya kok langsung terpikir menyuruh adik saya untuk coba secara online saja semua urusan jahitannya. Mulai dari pengiriman bahan, model bajunya, contoh ukuran sampai nanti selesai. Semua dilakukan secara online. Jadi tidak ada interaksi secara langsung seperti biasanya.

"Minta kirimin contoh bajunya yang pas dan paling enak aja. Jadi Lo bisa ngukur dari situ. Baru sesuaikan sama model yang dia inginkan."

"Ribet. Enakkan ngukur langsung."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline