Aku tak ingin mempercayainya. Namun kenyataannya seperti itu. Di televisi dan media online. Semua memberitakan tentang gempa yang terjadi di kampung halamanmu. Kampung halaman yang kau banggakan padaku. Kampung yang baru saja kita bicarakan beberapa jam sebelum peristiwa itu terjadi
."Kapan kakak akan ke Palu? Berkabar ya Kak. Nanti main ke kampung halamanku."
"Harus itu. Memang ada apa di sana?" tanyaku.
"Pantainya bagus, Kak. Aku akan ajak kakak melihat deretan kapal khas Mandar."
Mataku langsung berbinar-binar mendengar kata Mandar. Mandar adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Barat. Aku menyukai keragaman suku bangsa yang ada di negeri ini. Bisa mengunjungi suku-suku yang ada merupakan impianku. Maka ketika mendapat tawaran seperti itu hatiku langsung berbunga-bunga.
"Memang di mana kampung halamanmu?"
"Mamuju. Aku tunggu di Mamuju ya, Kak?"
MA-MU-JU
Bibirku bergetar mengeja nama itu. Nama daerah yang mengalami gempa hebat pada dini hari yang dingin. Kutekan nomormu untuk mengetahui kondisi di sana. Namun tak ada sahutan. Kukirim pesan singkat pun tak ada balasan. Berulangkali kuhubungi nomormu. Tetap tak ada sahutan.
Sekujur tubuhku luluh lantak melihat kondisi daerah sana melalui televisi. Tak sadar air mata ini menetes tanpa bisa kubendung.
Dear sahabat,