Lihat ke Halaman Asli

Erni Purwitosari

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Komunitas Difabel Mempertemukanku Dengan Sosok Tangguh Asal Solo, Inti Sari

Diperbarui: 22 Desember 2020   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku dan Inti Sari (dokumen pribadi)

Berawal dari pertemanan di dunia maya aku menggenal sosok perempuan tangguh asal Solo, Inti Sari. Sosok yang ternyata sangat tegar menjalani kehidupannya. Bahkan menjadi pandu bagi suaminya yang notabene laki-laki normal.

Keterlibatanku di komunitas difabel awalnya untuk membantu dan memberi semangat kepada teman-teman difabel yang pesimis menjalani kehidupannya. Dari sana aku belajar banyak tentang hidup. Terutama dari teman-teman difabel yang semangat juangnya tinggi. Lebih tinggi dari teman-teman yang normal.

Inti Sari salah satunya. Ia tinggal di Solo, Jawa Tengah. Ketika aku akan memandu kawan dari Lampung yang ingin jelajah Solo. Inti Sari menawariku untuk singgah di rumahnya. Sebagai teman satu komunitas, aku sambut tawaran tersebut dengan senang hati. Aku pikir tak ada salahnya singgah walau sebentar. Anggap saja meet up.

Pertemuan  dan kunjungan yang kupikir hanya selintas saja ternyata berlanjut ke pertemuan berikutnya. Karena ternyata aku beberapa kali ada pekerjaan di Solo. Sejak itu hubunganku dengan Inti Sari semakin dekat. Ia yang duduk di kursi roda mulai bercerita tentang awal mula ia menjadi seperti itu.

Ya Tuhan. Ternyata ia mengalami kelumpuhan sejak SMP. Masa remaja yang seharusnya indah justru menjadi musibah baginya. Masa remajanya terenggut di atas tempat tidur tanpa bisa bergerak sedikit pun. 

Selama empat tahun ia menjalani kehidupan seperti itu. Namun hal tersebut tak menghancurkan mimpi-mimpinya untuk bisa hidup mandiri dan memiliki usaha konveksi sendiri. Bagaimana bisa? Mengingat kondisinya yang seperti itu.

Perjuangan Inti Sari dalam menggapai mimpinya dalam kondisi seperti itu yang membuatki terharu dan bangga padanya. Rasanya jika aku di posisinya saat itu belum tentu memiliki keberanian dan ketangguhan seperti dirinya.

Bagaimana tidak? Ia yang dalam kondisi lumpuh itu minta dibawa ke Solo. Kota yang sangat ramah difabel. Ia ingin tinggal di sana. Hidup mandiri tak menyusahkan keluarga. Tentu saja keinginannya itu ditentang keras oleh keluarganya. Namun karena ia bertekad tak ingin seumur hidup bergantung pada orang yang normal. Ia tetap minta diantar ke Solo untuk belajar hidup mandiri sebagai difabel.

Meski berat hati, akhirnya Inti Sari diantar ke Solo dan dititipkan pada kenalan di sana. Siapa nyana kenalan yang dipercaya akan membantu Inti Sari justru seorang penipu dan penjahat.

Inti Sari dimasukkan ke rumah sakit kemudian ditinggalkan begitu saja tanpa identitas jelas. Semua benda-benda berharga miliknya diambil. Ia benar-benar ditinggal dan dilucuti harta bendahara.

Namun ungkapan Gusti Allah Mboten Sare yang artinya Tuhan itu tidak tidur nyata adanya. Di rumah sakit itulah ia mengenal laki-laki yang dikemudian hari menjadi suaminya. Kakak beradik yang menjadi pengunjung rumah sakit tersebut. Sang adiklah yang rupanya jodoh Inti Sari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline