Lihat ke Halaman Asli

Erni Purwitosari

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Ibu, Guru Kehidupanku

Diperbarui: 17 November 2020   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Bagaimana perasaanmu? Ketika melihat sosok yang selama ini kau kagumi dan hormati tiba-tiba bersikap brutal menyerang orang yang kau sayangi, yaitu ibu. Marah dan membenci sosok itu bukan? Lalu bagaimana jika sosok itu adalah ayahmu sendiri?

Benci. Kata yang mencuat begitu saja dalam benak ini manakala menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bapak melempar piring yang disodorkan oleh ibu. Kemudian mencengkeram lengan ibu seraya berteriak.

"Kowe kan ngerti aku iki senenge opo? Mosok kon mangan koyok ngene. Ora sudi aku?" (1) 

"Sampean wes seminggu ora bali. Ora ngekei duit belonjo. Lho, kok moro-moro teko terus ngamuk koyok ngene. Mbokyo mikir, Pak!" sahut ibu. (2)

"Wes ojo kakean cangkem. Aku njaluk duite. Utangku akeh," teriak bapak. (3)

Kemudian bapak menghampiri kotak uang di warung kami. Mengambil semua uang dagangan ibu yang belum sempat dirapikan. 

"Ojo Pak! Kuwi duit dagangan. Aku wes ora duwe duit maneh!" teriak ibu sambil mengejar bapak. (4)

Namun bapak yang sudah kerasukan setan malah mendorong ibu lalu segera pergi sambil membawa semua uang dari dalam kotak dagangan.

Aku hanya bisa terisak menyaksikan semua dari pojokan. Lalu segera menghambur memeluk ibu begitu bapak pergi. 

"Ibuuuuu," teriakku sambil menangis .

"Husss, huss, jangan menangis. Nanti didengar tetangga jadi pada ke sini ingin tahu ada apa. Malu jadi tontonan orang," sahut ibu sambil memeluk dan mengusap rambutku

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline