Perkembangan zaman dan modernisasi membawa perubahan pada setiap sendi kehidupan. Perubahan positif dan juga perubahan negatif.
Salah satu perubahan yang saya alami dan sangat kentara sekali adalah tradisi menghantar rantangan saat hari raya.
Tradisi dan budaya dalam masyarakat yang perlahan namun pasti mulai pudar bahkan hilang sama sekali.
Saya yang sejak kecil tinggal di lingkungan masyarakat Betawi merasakan sekali perubahan tersebut. Hal ini dirasakan dan diakui sendiri oleh sebagian sesepuh masyarakat Betawi.
Oleh karenanya di salah satu wilayah Jakarta Selatan tradisi semacam ini dijadikan perayaan. Guna mengingatkan generasi muda dan melestarikan budaya Betawi yang hampir punah. Sebab dibeberapa wilayah Jabodetabek masih ada yang melakukan tradisi seperti ini saat lebaran.
Tradisi menghantar rantangan saat hari raya tak hanya dijumpai dalam masyarakat Betawi. Beberapa daerah memiliki tradisi seperti ini juga. Hanya saja berbeda penyebutannya.
Berhubung saya tinggal di lingkungan Betawi, maka tradisi di sini yang saya alami dan rasakan perubahannya dari tahun ke tahun.
Ketika saya kecil, setiap menjelang hari raya pasti sudah sibuk disuruh ibu mengantar rantang berisi makanan ke para tetangga sekitar.
Rantang tersebut ada yang saya tunggu untuk dibawa pulang kembali ada juga yang ditinggal. Tergantung si tuan rumah.
"Rantangnya ditinggal aje. Nanti dianterin ke rumah Lo Neng."
Begitu kata si tuan rumah. Kalau begini biasanya si tuan rumah sibuk dan banyak hantaran rantangan yang ia terima. Jadi tidak sempat membuka dan mengisi rantang secara langsung.