Lihat ke Halaman Asli

Erni Purwitosari

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Berhenti Membanding-bandingkan Pasangan, Meski Tak Terucap Tetap Melukai Perasaan

Diperbarui: 7 Juni 2020   21:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Picture by pixabay

Dibanding-bandingkan itu rasanya sakit sekali. Apalagi oleh pasangan sendiri. Orang yang sudah tahu baik buruknya diri kita luar dalam. Orang yang menjadi tempat kita mencurahkan segala hal.

Ketika seseorang berani memutuskan untuk berumah tangga, artinya ia sudah siap menjalani kehidupan bersama pasangan sampai akhir hayat. Tentu saja dengan segala kelebihan dan kekurangan pasangan yang baru tampak dikemudian hari.

Ya, kekurangan yang baru tampak. Sebab selama menjalani masa penjajagan atau pacaran biasanya yang terlihat hanya yang baik-baiknya saja. Barulah ketika sudah berumah tangga akan terlihat kebiasaan pasangan yang tidak disukai.

Misalnya meletakkan handuk bekas pakai disembarang tempat. Senang menggantung baju hingga berhari-hari. Dan hal-hal lain yang tidak terlihat ketika masih berpacaran. Semua itu sesuatu yang jamak dialami oleh hampir semua pasangan. 

Lika-liku hidup berumah tangga. Jadi diantepin saja. Begitu komentar yang terlontar. Kalau diikuti bisa bikin stress. Namun ketika ranah rumah tangga mulai dirasuki hal-hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan atau dikata kan. Maka waspadalah. Hal tersebut bisa menjadi bisul yang siap meletus kapan saja.

Salah satunya adalah sikap membanding-bandingkan. Wow, siapa pun pasti tidak suka jika dibanding-bandingkan. Walau pun yang dikatakan sebagai pembanding itu benar. Alangkah eloknya jika tidak perlu diucapkan secara gamblang. 

Berdasarkan curahan hati beberapa orang yang memiliki problem sama, ternyata ketika pasangan melontarkan kata-kata pembanding. Mereka merasakan sakit di relung hati terdalamnya.

"Bayangin, tiap hari gue harus pakai krim penghilang noda biar kaki ini enggak bopeng. Suami gue yang nyuruh. Gara-gara dia lihat betis mulus lewat di depannya."

"Kok bisa?" tanya yang lain.

"Jadi kapan itu gue lagi pergi berdua. Di lampu merah ada cewek yang dibonceng juga pakai celana selutut. Kelihatan betisnya yang mulus. Lantas aja laki gue nyeletuk. Dek, kaki tuh kayak cewek itu, mulus. Coba sih lo pakai krim apa gitu biar hilang bopengnya."

"Bayangin, gimana perasaan lo digituin sama suami sendiri? Kan dia udah tahu dari zaman pacaran. Kenapa sekarang dibanding-bandingin. Kalau masih pacaran sih udah gue putusin deh."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline