Kue kering. Salah satu sajian yang wajib ada di hari raya Idul Fitri. Jika kita berkunjung ke rumah tetangga atau sanak saudara, bisa dipastikan meja ruang tamu mereka dipenuhi aneka kue kering.
Banyak atau tidaknya kue kering yang tersaji di atas meja ruang tamu tergantung kondisi masing-masing keluarga. Ada yang kue keringnya memenuhi meja dari ujung ke ujung. Ada yang di atas meja ruang tamunya hanya tersaji beberapa toples kue kering.
Kalau orang Jawa bilang, "Sing penting ono. Nggo pantes-pantes." Artinya, yang penting ada. Buat pantes-pantes. Sehingga ukuran banyak atau tidaknya jumlah kue kering yang tersaji bukan masalah.
Pada dasarnya memang begitu. Memaknai Idul Fitri bukan dari banyak-banyakan kue keringnya. Meski begitu semarak Idul Fitri tidak lepas dari namanya kue kering. Jadi tetap ada kaitannya.
Kue kering yang menjadi khasnya hari raya Idul Fitri adalah nastar, kastengel, putri salju dan kue kacang. Adapun "teman-teman" mereka kue kering ini seperti kacang bawang, keripik bawang, astor, cookies dan lain-lain merupakan pelengkap sajian di meja tamu.
Namun jika kita berkunjung ke rumah kawan yang asli Betawi, ada satu kue kering yang sangat khas dan pasti ada diantara kue kering yang tersaji. Yaitu kue kering akar kelapa namanya.
Kok akar kelapa sih namanya? Apa berasal dari akar kelapa yang diolah? Begitu pertanyaan yang muncul dibenak saya waktu pertama kali diminta mencicipi kue kering ini. Dulu waktu masih kecil.
Ternyata bukan saudara-saudara. Akar kelapa itu hanya namanya saja. Bahan dasarnya tidak jauh beda dari kue kering lainnya. Yaitu dari tepung beras, tepung ketan, tepung sagu, telur, gula dan mentega yang diolah sedemikian rupa menjadi sebuah adonan kue. Adapun penamaan akar kelapa karena bentuknya yang menyerupai akar kelapa. Makanya diberi nama kue kering akar kelapa. Unik ya?
Sebagai kue kering khas Betawi maka tak heran jika hampir di semua rumah orang Betawi asli pasti tersaji kue tersebut. Rupanya tak hanya pada hari raya Idul Fitri saja kita bisa jumpai kue kering akar kelapa. Pada acara hajatan lain seperti pernikahan dan sunatan, akan kita jumpai kue kering akar kelapa diantara kue yang tersaji di atas meja. Menarik bukan?
Meski hanya kue kering namun masyarakat Betawi mempertahankan tradisi turun-temurun dalam membuat kue kering akar kelapa. Pantas saja saya sering sekali menjumpai kue kering ini jika menghadiri acara hajatannya orang Betawi.
Dulu hanya ngebatin alias ngomong sendiri dalam hati, "Kue apaan sih ini? Perasaan ada mulu deh." Begitu sudah mengetahui nama kuenya hanya bisa berujar,"oh."