Lihat ke Halaman Asli

Erni Purwitosari

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Tahun Kuda, Idul Fitri yang Berkesan Sekaligus Mengharukan

Diperbarui: 24 Mei 2020   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat singgah di Tegal dalam perjalanan kembali ke Jakarta (dokpri)

Hari Raya Idul Fitri tahun 1441 Hijriah jatuh pada hari  Minggu, 24 Mei 2020. Setiap momen Idul Fitri memiliki kesannya masing-masing. Seperti tahun 2020 ini, dimana perayaan Idul Fitri dilaksanakan dalam suasana pandemi corona. Sehingga tak ada itu saling kunjung atau berjabat tangan cipika-cipiki. 

Dari sekian kali momen Idul Fitri yang pernah saya lalui. Idul Fitri di tahun kuda 2014 merupakan Idul Fitri yang berkesan bagi saya. Bagaimana tidak? Sebagai penyuka tantangan. Gemar berpetualang. Menjelang Idul Fitri tersebut saya mendapatkan tantangan yang cukup menantang.

Tantangan di sini bukan dalam artian lomba atau ada sebuah pertarungan dan semacam itu. Melainkan ada sebuah peristiwa yang mengharuskan saya untuk melakukan hal tersebut. 

Oleh suatu sebab, saya harus pergi ke kampung halaman ibu di Banyumas dua hari menjelang lebaran. Bayangkan? Dua hari menjelang lebaran harus ke kampung secara mendadak. Tiket kendaraan sudah sulit didapat. Kalaupun ada tiket yang tersedia,harganya selangit. Saya jelas tak sanggup. Sayang pula. 

Tapi saya harus pulang. Ini sungguh dilema luar biasa. Setelah berpikir keras dan mempertimbangkan segala sesuatunya. Akhirnya saya putuskan untuk naik motor saja ke Banyumasnya.

Awalnya ditentang oleh seluruh keluarga. Namun setelah berbicara dengan ibu dan ternyata ibu merestui. Wuih, bukan main leganya hati ini. Bagi saya, doa ibu adalah pelindung kita dalam mengarungi alam semesta.

Maka begitulah. Berbekal doa restu ibu. Usai salat subuh, saya riding menuju Banyumas, Jawa Tengah. Tanpa persiapan fisik. Tanpa mempersiapkan kondisi motor. Tanpa mengetahui jalur yang harus dilalui. Hanya bermodal restu ibu dan tekad hati bahwa saya bisa. Saya siap merayakan Idul Fitri 2014 di kampung halaman.

Ini perjalanan pertama saya mengendarai motor dengan jarak tempuh sejauh ini. Sekaligus pengalaman pertama. Namanya yang pertama, tentu tak tahu medan yang ditempuh. Sehingga saya tidak bisa memperkirakan waktu akan tiba dimana pukul berapa. Pokoknya melaju terus. Beristirahatnya hanya di waktu salat dan saat mata mulai mengantuk. 

Melaju dan melaju terus. Tak peduli tengah malam, saya terus saja melaju. Pikir saya saat itu, namanya lebaran jalanan pasti ramai. Tanpa berpikir bahwa jalur motor dan mobil itu berbeda. Saya yang mengendarai motor sempat mendapati jalanan yang sepi sekali sepanjang sekian puluh kilometer. 

Saat itu saya tidak tahu di daerah mana itu? Setelah sekarang saya perhatikan. Rupanya itu jalur Brebes menuju Bumi Ayu. Ya, ampun. Sangat panjang dan sepi. Wow, kalau teringat saat itu tengah malam menyusuri jalan tersebut rasanya merinding sendiri. Bagaimana tidak? Sepi dan jauh dari pemukiman penduduk. Kalau ada apa-apa dengan motor saya, entahlah. 

Syukurnya tidak terjadi apa-apa. Hingga saya tiba ditujuan menjelang subuh. Jadi kalau dihitung sekitar 24 jam perjalanan. Berangkat subuh sampai subuh lagi. Edan. Betul. Ini benar-benar edan. Namun itulah takdir yang harus saya jalani saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline