Dampak dari sebuah tontonan itu memang luar biasa sekali. Terutama bagi anak-anak. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk memperhatikan tontonan bagi si buah hati. Apalagi anak-anak yang masih dalam masa keemasan.
Remaja bahkan orang dewasa pun masih rentan terpengaruh. Apalagi anak-anak. Jadi pandai-pandailah para orang tua dalam menjaga dan mengawasi anak-anak. Khawatirnya terpengaruh oleh tontonan yang tidak baik.
Kita tidak bisa mengandalkan badan penyiaran, lembaga terkait atau pemerintah sekali pun dalam masalah seperti ini. Sebab semua tidak terlepas dari yang namanya bisnis. Satu sama lain saling terkait. Sehingga tidak bisa secara murni kita meminta mereka menindak tegas.
Semua dikembalikan kepada masing-masing individu. Bagaimana melindungi keluarga dari pengaruh sebuah tontonan. Kalau pengaruhnya baik tentu hasilnya positif. Tetapi kalau pengaruhnya buruk hasilnya pun buruk.
Hal ini berdasarkan pengalaman pribadi saya. Dahulu sewaktu masih duduk di Sekolah Dasar. Ibu kerap membawa saya menonton film. Dan film yang kami tonton biasanya film silat atau film superhero. Pernah juga film anak-anak seperti Pinokio.
Menonton film memang salah satu hobi ibu. Sejak muda hingga memiliki anak. Karena bapak tidak hobi menonton film, maka saya dibiarkan ikut untuk menemani ibu. Konsekwensinya film yang ibu tonton lebih ke film anak-anak atau silat.Nah, film-film silat seperti Si Buta Dari gua Hantu salah satunya. Imajinasi saya sebagai anak-anak pun berkeliaran. Belum tahu bahwa film itu hanya akting. Pokoknya begitu melihat film Si Buta dari Gua Hantu, saya ingin bisa silat juga. Ingin memiliki kesaktian seperti Si Buta Dari Gua Hantu untuk melawan penjahat, kelak.
Film Si Buta Dari Gua Hantu adalah film adaptasi dari komik karya Ganes TH dengan judul yang sama. Tokoh utamanya bernama Barda Mandrawata asal Banten yang memiliki ilmu beladiri silat yang tinggi. Dengan ilmu silat yang dimilikinya ia membasmi kebatilan.
Film ini dibintangi oleh Ratno Timoer, Maruli Sitompul dan Sri Rezeki. Disutradarai oleh Lilik Sudjio dan tata musik oleh Idris Sardi. Film Si Buta Dari Gua Hantu produksi tahun 1970. Namun hingga era 90-an masih kerap tayang di layar kaca bahkan layar tancap. Tradisi masyarakat Betawi saat menggelar hajatan, yaitu menanggap layar tancap.
Film Si Buta Dari Gua Hantu membuat saya menyukai film-film berjenis sama. Seperti Si Pitung dan Wiro Sableng. Tokoh jagoan yang memiliki ilmu bela diri tinggi. Imajinasi kanak-kanak saya merekam, bahwa jagoan itu ya begitu. Kalem, tidak neko-neko tapi hebat. Tidak harus petentang-petenteng biar kelihatan hebat. Cool saja. Begitu ada yang macam-macam baru kita tenteng.
Kalau untuk gambaran tipe jagoan dari luar yang saya suka adalah Jet Li. Semacam itulah. Dan saya merasa berterima kasih kepada ibu dalam hal ini. Berkat ibu yang kerap mengajak saya menonton film-film silat. Saya sempat merasakan rasanya jadi pendekar.
Jadi ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, kegiatan ekstrakurikuler yang saya ikuti salah satunya pencak silat. Karena senang dan termotivasi jagoan-jagoan di film silat yang saya tonton, maka saya enjoy saja mengikuti latihan ini. Meski berat dan banyak kawan yang gugur alias berhenti di tengah jalan.