Lihat ke Halaman Asli

Erni Purwitosari

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Sekotak Roti Tawar Berlapis Cokelat (Tanda Cinta Ibu Sepanjang Masa Selama Hayat di Kandung Badan)

Diperbarui: 18 Februari 2020   12:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar by Lauskopi

Roti tawar berlapis cokelat. Menu sarapan yang biasa saja sebenarnya. Tetapi merupakan menu sarapan favorit dan sangat istimewa bagi saya. Sebab ada aura cinta dan kasih sayang yang tak akan pernah hilang untuk dikenang. Cinta dan kasih sayang ibu.

Pagi ini tak seperti biasanya. Sebelum salat subuh aku bergegas menyiapkan menu sarapan pagi berupa roti tawar yang diolesi dengan selai cokelat. Lalu memasukkannya ke dalam kotak makan untuk bekal di jalan. Karena pagi ini aku akan pergi piknik dengan rombongan remaja masjid.

Apalagi aku termasuk dalam jajaran panitia. Jadi sebisa mungkin  datang lebih awal. Biasanya aku mulai menyiapkan sarapan antara pukul 7-9 pagi. Tetapi tidak untuk hari ini. 

"Ya, sudah hati-hati. Banyak berdoa selama diperjalanan. Ibu mau salat di masjid dan mendengar kultum. Jadi pamitannya sekarang saja," ujar ibu.

"Dicek lagi barang-barang yang akan dibawa. Jangan sampai tertinggal," pesan ibu panjang lebar.

"Iya, Bu," sahutku sambil mencium tangan ibu, memeluk dan mengecup kedua pipinya. 

Setelah itu ibu bergegas menuju masjid di dekat rumah. Diusianya yang sudah kepala enam, ibu terlihat gesit dan alhamdulilah sehat selalu. Mungkin karena ibu juga masih rajin  bersepeda ke sana kemari. Belanja sayur atau sekadar berkeliling komplek.

Mengikuti pengajian di beberapa tempat aktifitas ibu sehari-hari. Salat subuh di masjid menjadi rutinitas ibu setelah bapak tiada. Seperti pagi ini. Ibu sudah bergegas ke masjid sebelum aku berangkat.

Usai salat subuh aku bergegas memasukkan barang-barang yang akan kubawa. Kemudian memesan ojek online. Begitu ojek pesanan datang aku pun berangkat menuju titik kumpul di jalan utama. Agak jauh dari komplek perumahan makanya aku memesan ojek online. Jika tidak tentu aku lebih memilih berjalan kaki. Sekalian berolahraga.

Tiba di titik kumpul sebagian peserta sudah ada yang datang. Sementara panitia sudah stand by di posisi masing-masing. Aku segera mengisi buku absen dan mulai mendata peserta yang hadir. Lalu mengarahkan ke posisi tempat duduk yang sudah ditentukan.

Pukul enam tepat jadwal yang sudah ditentukan untuk kita berangkat. Namun, ada saja peserta yang tidak on time. Jadilah kami menunggu salah satu peserta yang kabarnya sedang dalam perjalanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline