Bicara soal polusi terutama di Jakarta bisa membuat kepala keluar tanduk alias emosi loh! Bagaimana tidak? Kelakuan para penyumbang polusi tersebut luar biasa angkuhnya.
Pengendara motor dan angkutan umum ketika ditegur karena knalpotnya yang bising serta asap kendaraannya yang hitam. Menjawabnya enteng sekali, "Motor-motor gue. Kenapa elo yang ribet. Kalau enggak mau kebrisikan. Enggak mau kena asepnya. Lo jauh-jauh dah dari sini."
Grhhhh. Bagaimana tidak emosi mendengar kata-kata seperti itu? Belum lagi para perokok yang seenaknya merokok di tempat umum. Ditegur baik-baik malah nyolotan atau galakkan dia."Siapa Lo? Beraninya ngatur-ngatur. Petugasnya aja diem kagak berani negur. Elo yang bukan siapa-siapa mau sok ngatur. Lo aja yang pindah duduk sana."
Bayangkan, emosi kan mendengar jawaban seperti itu? Dia pikir asapnya cuma dia saja yang menghirup. Tidak terbang kemana-mana. Wah, jika tidak kuat iman bisa saja diladeni yang berujung bertengkar di depan umum. Akhirnya hanya bisa sabar menahan emosi.
Orang dengan tipe seperti ini tak hanya satu di Jakarta. Tetapi tak terhitung. Jadi memang sulit untuk membuat Jakarta tertib dan bisa bebas polusi. Kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kebersihan lingkungan masih rendah.
Ada orang-orang yang peduli. Tetapi hanya segelintir. Tentu saja tak cepat mengatasi polusi. Jadi bagaimana?
Hanya satu kata, harus tegas. Butuh ketegasan. Dari siapa? Tentu saja pemerintah terkait. Kementerian Perhubungan, Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya dan Kementerian Lingkungan Hidup serta pihak kepolisian.
Polusi udara yang sudah parah ini bisa merusak kesehatan masyarakat. Jadi harus benar-benar ditangani. Caranya?
- Batasi kendaraan yang beroperasi
- Wajibkan penggunaan sepeda
- Terapkan jalan kaki untuk jarak sekian kilometer