Lihat ke Halaman Asli

Erni Purwitosari

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Surat Cinta, Selembar Kertas yang Mampu Membuat Si Penerima Jantungan

Diperbarui: 19 Juli 2019   20:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kumpulan surat pribadi (Dokumnetasi pribadi)

Dahulu sebelum era digital seperti sekarang ini, sekitar tahun 80 dan 90-an jaman saya kecil. Alat komunikasi yang terjangkau adalah dengan menggunakan surat. Terutama untuk komunikasi dengan kerabat yang berada di luar kota. 

Telepon juga ada, tetapi masih terbatas kalangan tertentu saja yang memilikinya. Kalau pun ada telepon umum, wartel orang menyebutnya. Itu tak cukup memuaskan jika ingin bercerita panjang lebar karena dihitung lama biaya percakapannya. 

Sementara surat, hanya dengan bermodalkan perangko Rp 3.000, kita bisa bercerita segala macam hingga berlembar-lembar. Hanya saja butuh waktu beberapa hari untuk bisa menerima surat yang dikirim. Kecuali jika menggunakan kilat khusus. Antara satu atau dua hari sudah sampai.

Biasanya, untuk menanyakan sekadar kabar, jarang menggunakan perangko kilat. Perangko biasa saja sudah cukup. Perangko kilat biasanya untuk mengirimkan kabar berita yang kita inginnya segera dibaca oleh si penerima. 

Lalu, ada telegram yang lebih cepat lagi, tetapi kapasitas berita yang dikirim terbatas. Biasanya telegram untuk mengirimkan berita sangat penting saja, seperti kabar duka cita atau berita sakit.

Surat kilat khusus biasanya untuk mengirimkan surat-surat atau dokumen penting, seperti surat lamaran kerja. Namun surat kilat khusus bisa juga digunakan untuk mengirim surat cinta. Sebab surat cinta tergolong penting bagi si pengirim maupun si penerima.

Surat cinta? Iyes. Zaman saya sekolah dulu sekitar tahun 1980-an ke atas, surat cinta merupakan alat komunikasi paling romantis bagi dua insan yang sedang dilanda cinta. Orang yang sedang jatuh cinta bisa menulis berlembar-lembar kalimat romantis. Padahal kalau bertemu, menyapa pun tidak. Hanya saling tatap, tersenyum dan tersipu malu. Yaa begitulah tipikal remaja tahun 80-an dan 90-an deh. 

Saya pertama kali menerima surat cinta itu kelas V SD. Mendapatkannya dari kakak kelas yang diletakkan di kolong meja. Zaman saya sekolah dulu itu meja belajar bentuknya panjang dan ada kolongnya alias kotaknya. Gunanya untuk meletakkan beberapa buku dari tas agar mejanya tidak sempit oleh buku-buku.

Sebelum pulang sekolah kolong-kolong itu kita periksa. Khawatir ada peralatan sekolah yang tertinggal. Nah, pada saat itulah saya menemukan selembar surat dari kakak kelas. Namanya juga anak SD, tentu bukan kata-kata cinta yang romantis seperti anak sekarang. Hanya berupa pantun yang rasanya sudah bikin saya jantungan. 

Pertama tentu saja tersanjung. Saya ingat betul bunyi pantun tersebut. Seperti ini bunyinya:

Beribu-ribu semut rangrang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline