Lihat ke Halaman Asli

Erni Purwitosari

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Jamu Bungkus, (Ternyata) Masih Jadi Primadona di Era Milenial

Diperbarui: 14 Juli 2019   06:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pedagang jamu langganan - Dokpri

Saya dibesarkan oleh orang tua dalam tatanan tradisi Jawa yang cukup kental. Salah satunya tradisi minum jamu. Bagi anak perempuan yang sudah mulai datang bulan minum jamu itu hukumnya wajib. 

"Biar badannya seger. Enggak bau," dalih ibu. 

Awalnya hanya sebatas minum jamu kunyit asem dan beras kencur. Selanjutnya pelan-pelan ditingkatkan. Mulai dari jamu godokan yang pahitnya luar biasa itu sampai jamu bungkus sehat wanita, galian putri dan lancar datang bulan. Bahkan dibisiki tentang jamu sari rapet yang minumnya kalau sudah bersuami.

Jenis jamu bungkus - Dokpri

Sebagai anak hanya bisa iya, iya saja daripada diceramahi sepanjang hari kalau tak mau minum jamu. Akhirnya minum jamu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Apalagi ibu rajin menggodok jamu sendiri. Jika tak enak badan barulah minum jamu bungkus di tukang jamu pangkalan. 

Setelah ibu tiada kebiasaan tersebut mulai berkurang. Saya sesekali masih suka minum jamu kunyit asem atau beras kencur. Itu pun kalau bertemu dengan si mbak penjual jamunya. Entah dengan adik-adik. Sebab setelah berumah tangga tempat tinggal kami berjauhan. 

Ternyata salah satu adik perempuan saya masih rutin minum jamu bungkus setiap bulan. Apalagi kalau sedang tidak enak badan. Hal ini saya ketahui ketika saya ingin berkunjung ke rumahnya. Ia japri meminta saya lewat jalan X. 

"Lewat sana aja, Mba. Gue titip jamu yang ada di pojokan jalan."

"Jamu apaan? Enggak ngerti ah gue," kata saya.

"Bilang aja jamu titipan si Mba yang biasanya beli. Bilang gue lagi gak enak badan. Tukangnya dah hapal jamu yang gue butuh."

Akhirnya saya pun lewat jalan X untuk membeli jamu. Di sana sudah ada beberapa pembeli. Ada ibu-ibu dan bapak-bapak serta anak muda. Saya menunggu giliran sambil  duduk di bangku kayu dan mendengarkan obrolan mereka yang bikin senyum-senyum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline