Lihat ke Halaman Asli

Erni Purwitosari

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Kota Tangerang Bersiap untuk Menjadi "The Next Kota Batik"

Diperbarui: 12 April 2019   07:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

MEMBATIK.  Tradisi turun-temurun yang telah lama dilakukan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Terutama mereka yang tinggal di Pulau Jawa. Tradisi ini harus terus dilestarikan agar tidak punah. Karena sudah menjadi bagian dari budaya bangsa. 

Setelah batik diakui oleh dunia sebagai warisan tak benda asli Indonesia. Maka menjadi tugas dan tanggungjawab kita semua untuk menjaga, merawat dan melestarikannya. Bukan hanya tanggungjawab orang Jawa semata yang kental dengan tradisi membatiknya.

Salah satu caranya adalah dengan mempelajari tentang apa dan bagaimana membatik itu? Bagi pembatik awam atau yang baru belajar membatik. Perlu kiranya mengetahui bagaimana proses membatik sesungguhnya. 

Mulai dari proses menggambar pola, mencanting dan mencelupkan warna hingga pembuangan limbah. Upaya ini dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan membatik dan melihat langsung proses membatik di daerah yang telah ditetapkan sebagai kampung batik.

Menyikapi hal tersebut pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tangerang telah melaksanakan kedua kegiatan tersebut. Hal ini sebagai upaya pemerintah Kota Tangerang dalam  turut serta melestarikan dan aktualisasiasi budaya daerah. Dalam hal  ini budaya dan tradisi membatik. 

Selama kurang lebih satu Minggu, Disbudpar Kota Tangerang yang dimotori oleh Jajat Jafar  S. sos beserta jajarannya menggelar pelatihan membatik bagi warga di Kecamatan Larangan Selatan. Dengan mengambil tenaga pengajar dari Mbatikyuk Workshop, Dr. Ir. Indra Tjahyani, para peserta pelatihan mendapat ilmu membatik secara teori dan juga praktek. 

Para peserta pelatihan membatik sedang mendapat kunjungan dari Kadisbudpar/Dokpri

Peserta pemula diajarkan cara membuat pola batik sampai cara mencampur warna. Sedangkan peserta yang sudah tingkat terampil dan mahir mendapat ilmu baru, yakni membatik dengan teknik canting dan celup. 

Peserta tingkat ini sebelumnya telah mendapatkan ilmu membatik teknik colet. Karena pelatihan membatik ini diadakan setahun sekali sebagai bagian dari agenda kegiatan Disbudpar Kota Tangerang.

Setelah mengikuti pelatihan membatik, para peserta diajak mengunjungi salah satu kampung  batik untuk  study  banding. Kelak, para  peserta yang mayoritas ibu-ibu rumah  tangga ini bisa menjadikan batik sebagai kegiatan dan usaha sampingannya. Yang nantinya bisa menguatkan dan mendukung ekonomi keluarga. 

Penyerahan kenang-kenangan kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Hj.Rina Hernaningsih  S.H.M.H/Dokpri

Jika tahun lalu para peserta diajak mengunjungi Kampung Batik Trusmi. Untuk kali ini tujuan kunjungan adalah ke Kampung Batik Ciwaringin. Keduanya merupakan daerah yang menjadi pusat batik di Cirebon. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Hj. Raden Rina Hernaningsih S. H. M. H turun langsung memberikan pendampingan untuk kegiatan ini. Mulai dari mengunjungi tempat pelatihan sampai kunjungan ke kampung batik. Hal ini membuktikan keseriusan pemerintah Kota Tangerang dalam turut serta melestarikan batik. 

Pemilihan Kota Cirebon untuk study banding dikarenakan kota ini telah menjadi kota batik yang cukup terkenal. Di dalam dan luar negeri. Bahkan motif batik Megamendung telah menjadi icon kota ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline