1 Mei 2014 atau May Day 2014 merupakan May Day bertanggal merah pertama di Indonsia. Sejak ditetapkan menjadi hari libur, tahun ini adalah May Day sebagai hari libur yang pertama kali. Ada yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, palig tidak seperti yang terjadi di Kota Malang. Entah karena berpuas diri atau karena menikmatinya untuk pertama kali, Mayday 2014 yang jaduh pada hari kamis ini terasa sepi nyaris tanpa aksi dan greget layaknya tahun-tahun kemarin. Dari pengamatan langsung di lapangan, hanya ditemui empat kegiatan terkait Hari Buruh di Kota Malang. Aktivitas pertama terjadi di depan Stasiun Malang Kota Baru, kawan-kawan SPBI melaksanakan pertemuan akbar yang tidak akbar. Aktivitas kedua yang dketahui adalah sebuah diskusi publik yang dilaksanakan di Gedung DKM yang bila tidak salah kabar dilaksanakan oleh kawan-kawan SBMI. Aktivitas ketiga, aktivitas yang khas May Day dilakukan oleh kawan-kawan HMI dengan melakukan aksi orasi keliling jalan-jalan utama di Kota Malang. Aktivitas keempat, terjadi di Warung Kelir saat kawan-kawan GSBI menggelar Sarasehan May Day 2014. Bukan hanya sepi aksi dan aktivitas orasi, spanduk atau berbagai media yang bernuansa Peringatan Hari Buruh Internasional tampak sepi. Ditambah lagi betapa lucunya spanduk yang dipasang oleh Serikat Pekerja Pos Indonesia Malang, maksud hati ingin memperingati May Day tetapi di spanduk yang tertulis adalah Mai Day plus terpampang wajah sesorang berukuran besar layaknya alat peraga kampanye. Entah hanya fenomena ataukah sudah menjadi puas diri, May Day sebagai hari libur ternyata ampuh menjadi peredam aksi dan teriak pada buruh di hari yang seharusnya menjadi penanda perjuangan buruh menuntut hak-haknya.
Dari pengamatan lapangan, tiga aktivitas dapat diamati dan bahkan dihadiri secara langsung. Hanya aktivitas Diskusi Publik di DKM yang tidak terhadiri bahkan teramatipun tidak. Aktivitas pertama yang terhadiri dan teramati adalah Pertemuan Akbar dan Orasi Politik kawan-kawan SPBI di depan Stasiun Malang Kota Baru. Aksi yang dilakukan diatas panggung dengan latar belakang berwarna merah serta pampangan tulisan thema kegiatan kali ini. Kawan-kawan SPBI pada Ma Day kali ini menggusung tema "Menolak Calon Presiden Presiden Pro Modal dan Penjahat HAM" seakan menampilkan pernyataan politik kawan-kawan SPBI menjelang Pilpres Juli mendatang.
Diawali dengan sambutan dari Ketua Panitia, terucap bawah SPBI merupakan Serikat Buruh/Serikat Pekerja satu-satunya di Kota Malang dan bahkan Malang Raya yang memperingati May Day 2014 dengan menggelar pertemuan terbuka. Diakatannya, memperingati hari buruh dengan pertemuan akbar ini menunjukkan konsistensi SPBI terhadap perjuangan buruh untuk mewujudkan kesejahteraanya. 1 Mei yang telah menjadi libur bukanlah akhir dari perjuangan, tetapi hanya salah satu dari sekian banyak tuntutan buruh untuk memenuhi hak-haknya, tukasnya. Masih banyak hak-hak buruh yang belum terpenuhi untuk mewujudkan gaji yag layak, pekerjaan yang layak, dan kehidupan yang layak. Tuntutan yang lain tentu saja adalah penghapusan kerja alih daya (outsourcing) yang menjadikan buruh sebagai obyek dan komoditas yang tidak terlindungi dari pemecatan sepihak dan eksploitasi oleh pemberi kerja, para pemodal.
Selanjutnya, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Kadisnaker) Kota Malang yang baru Bapak Kusnadi naik meberikan sambutan yang berbuih-buih dengan janji khas para birokrat untuk menarik hati kawan-kawan buruh. Bapak Kusnadi mengawali sambutannya dengan memberikan selamat pada kawan-kawan buruh yang telah tercapai salah satu tuntutannya untk menjadikan 1 Mei sebagai hari libur nasional. Dikatakannya, itu merupakan bentuk perhatian Pemerintah pada nasib buruh. Selain itu, dikatakannya bahwa sama seperti kawan-kawan buruh yang adalah buruh dari pemodal, beliau mengatakan bahwa beliau juga buruh tetapi buruhnya pemerintah. Pernyataan yang terlihat aneh, walau secara undang-undang adalah benar, seharusnya Pegawai Negeri Sipil bukan buruh dari Pemerintah tetapi buruhnya rakyat, karena mereka di gaji dari duit rakyat melalaui pajak. Bapak Kusnadi menambahkan akan selalu berjuang di pihak buruh. Disampaikannya, bila ada pengusaha yang melanggar aturan dan peraturan harusnya dilaporkan ke Disnaker untuk ditindak. Satu lagi pernyataan yang aneh, bukannya kewenangan Disnaker hanya memberi anjuran bukan penindakan, karena penindakan hanya bisa dilakukan melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI). Buruh berjuang adalah sah tetapi tidak boeh anarkis dan harus sesuai dengan aturan dan harus selalu menjaga ketertiban, tukasnya. Nampak sekali pesan terselubung Bapak Kadisnaker baru ini, pesan-pesan untuk para buruh tidak melakukan aksi dan bila melakukan aksi dilalukan dengan sopan dan tertib. Siapa yang bisa menjamin bila seseorang apalagi sekelompok orang teraniaya dan tercederai hak-haknya untuk berperilaku sopan dan tertib. Bukannya menyelesaikan akar masalahnya degan menghimbau bahkan kalau perlu memperingatkan para pemodal untuk taat pada aturan dan peraturan serta perundangan, tetapi malah memperingatkan para buruh yang selalu pada posisi korban eksploitasi dan kesewenangan pemodal.
Pada puncak acara, naik ke atas panggung Bung Lutfi, Sang Ketua SPBI untuk melakukan orasi politik. Seperti biasa, dengangaya yang meledak-ledak dan ungkapan-ungkapan spontannya, Bung Lutfi menyampaikan orasi politiknya. Diawali dengan pernyataan bahwa SPBI akan tetap konsisten dan selalu konsisten memperjangkan hak-hak buruh, karena masih banyak hak-hak buruh yang belum terpebuhi. May Day sebagai hari libur hanyalah satu dari sekian banyak tuntutan akan pemenuhan hak-hak buruh. Apalagi, sampai saat ini masih banyak terjadi PHK sepihak yang dilakukan oleh pemodal secara semena-mena dan tidak mendapat perhatian serius dari Pemerintah. Bahkan, hanya karena menuntut hak untuk berorganisasi, buruh akan dipecat secara langsung tanpa kompensasi apapun. Disampaikan oleh Bung Lutfi, Pemerintah melalui Disnaker tidak dapat berbuat banyak, bahkan cenderung melakukan pembiaran terhadap kasus-kasus eksploitasi buruh. Bahkan bila melaksanakan kewajibannya untuk melindungi buruh hanya sebatas anjuran, yang anjurannya bahkan nyaris tidak digubris oleh pemodal. Disnaker tidak dapat melakukan penindakan, bahkan nyaris tidak pernah menindak lanjuti untuk maju ke PHI, hanya SB/SP yang bergerak maju berjuang sampai ke PHI. Ironisnya, saat keputusan PHI sudah inkra, tuntutan yang bisa berupa pidana dan denda, cukup dibayar dendanya saja dan pemodal akan terbebas dari kewajiban hukumnya. Bagaimana dengan nasib sang buruh? tetaplah terPHK dan terpaksa mencari pekerjaan lain. Dikatakan pula, Pengurus SPBI haram hukumya masuk ke partai politik apalagi mencalonkan diri menjadi anggota dewan. Karena seperti pada umumnya kawan-kawan yang masuk ke sistem, setelah jadi anggota dewan menjadi mandul dan tidak berbuat apa-apa. Bahkan, tidak sdikit yang terjerumus menjadi koruptor karena harus melakukan korupsi guna mengembalikan biaya- biaya yang dikeluarkannya untuk menjadi anggota dewan. Dikatakan pula, SPBI tidak berpolitik praktis tetapi memberikan keleluasaan pada para anggotanya untuk memilih wakilnya saat pileg kemarin, serta bebas memilih presiden sesuai suara hatinya pada Pilpres Juli mendatang. SPBI hanya memberikan rambu-rambu pada anggotanya untuk tidak memilih Presiden yang Pro Pemodal dan Penjahat HAM. Pernyataa yang menjadi penutup orasi politik sesuai dengan thema peringatan May Day 2014 kali ini. Akhirnya, pertemuan akbar yang dihadri kurang lebih 200 orang anggota SPBI bubar dengan tertib seperti awal dimulainya.
Agenda pada May Day yang teramati selanjutnya adalah aksi elemen mahasiswa, khususnya kawan-kawan HMI yang melakukan aksi long march sepanjang jalan-jalan utama Kota Malang. Aksi yang dimulai dari perempatan Jalan Semeru depan BCA, dekat Komisariat HMI Malang. Aksi yang melibatkan kurang lebih 100an orang mahasiswa lebih banyak membawa bendera kebesaran organisasi ketimbang spanduk atau poster sebagai alat perjuangan. Seakan May Day hanyalah momen yang perlu dimanfaatkan untuk mengibarkan panji-panji organisasi, lebih menunjukkan eksistensi ketimbang esensi keperbihakan pada nasib buruh. Aksi long march bukan saja tidak menyentuh esensi May Day juga tidak menjadi sarana edukasi pada masyrakat secara umum, karena aksi hanya menjadi tontonan warga, seakan-akan menjadi karnaval salah jadwal. Selain dimulai di tengah hari benar, saat pukul 12.00, saat panas menyengat, jalan2 yang dilalui oleh long march dipenuhi oleh foto-foto dan pangung-pangung yang akan menjadi lokasi dari Malang Tempo Doeloe pada 2 Mei keesokan harinya. Walau bagaimanapun, semangat dan niat kawan-kawan mahasiswa patut diberi apresiasi, karena ditengah apatisme sebagian besar mahasiswa akan realitas sosial di negara ini, masih ada sebagian kecil mahasiswa yang mau berpeluh lelah membantu perjuangan kawan-kawan buruh untuk memperoleh hak-haknya. Niatan dan kerja keras yang sudah semakin pudar bahkan nyaris menghilang dari keseharian mahasiswa pada saat ini.
Agenda May Day 2014 ditutup dengan Sarasehan May Day 2014 yang berlangsung di Warung Kelir oleh kawan-kawan GSBI. Sarasehan yang berisi tampilan musik dan puisi dari kawan-kawan GSBI ditutup dengan rapat persiapan aksi. Diawali dengan kumandang lagu-lagu rakyat yang disajikan oleh Mas Aji dan kawan cukup membakar semangat kawan-kawan yang hadir. Lagu-lagu rakyat yang kritis disampaikan dengan humor mejadi ironi yang dibalut parodi menjadi perenungan bagi setiap pendengar. Selanjutnya bergiliran 3 orang penampil menyajikan pusi-puisi akar rumput, dan tentu saja tidak akan jauh dari karya-karya Wiji Thukul, sehingga pantas juga kumandang puisi bertajuk "tribute untuk Wiji Thukul". Pada bagian akhir, kawan-kawan GSBI melakukan rapat persiapan aksi yang entah kapan dan dimana akan dilaksanakannya. Akhirnya sarasehan yang hanya dihadiri 30an kawan-kawan GSBI yang dimulai sekitar pukul 19.30 berakhir tidak terlalu malam, karena sebelum pukul 21.00 acara sudah berakhir. Semoga saat aksi kawan-kawan GSBI terlaksana, tidak sesepi dan sedatar acara sarasehan kali ini.
Sepi, itu yang tergambar dari pengamatan sepanajng hari saat May Day menjadi hari libur untuk pertama kalinya. Entah karean eforia hari pertama libur atau karena kesulitan secara teknis mengumpulkan massa buruh di saat haari libur atau karena sadar tidak akan ada lawan untuk aksi karena kantor-kantor pemerintah juga libur, agenda May Day tidak segempita tahun-tahun lalu. Semoga May Day sebagai hari libur tidak menjadi titik rasa puas kawan-kawan buruh untuk berjuang dan melawan kesewenangan pemodal. Atau, jangan-jangan memang diskrenarionakan seperti sekarang ini. Saat May Day menjadi hari libur, saat pabrik-pabrik menghentikan produksi, saat kantor-kantor birokrat dan legislatif libur, maka tidak akan ada apapun yang bisa dilakukan oleh kawan-kawan buruh. Saat kemudian tidak ada lawan di depan mata, saat tidak ada lagi degup adrenalin karena orasi dilakukan di kanotr-kantor birokrasi, saat kawan-kawan buruh lebih memilih untuk berkumpul bersama keluarga, saat kenyamanan semu itu diberikan, saat itu surutlah gelombang dan gelora perjuangan. Semoga May Day 2014 hanya akan menjadi fenomena hari pertama liburan saja, karena perjuanngan untuk mencapai kesejahteraan masihlah jauh. Buruh belum mencapai kerja layak, upah layak, dan kehidupan layak yang dicita-citakan, Buruh masih belum terbebas dari eksploitasi dan kesewenangan penguasa modal. Tetap semangat berjuang sampai benar-benar merdeka.
Saat Senja di Malang,
02 Mei 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H