Lihat ke Halaman Asli

Gershon Legman Pakar Humor Erot(is) dan Pakde Kartono

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Awal Mei 2014 saya sempat mengajak rekan saya seorang pengusaha sukses untuk nonton open mic stand up comedy di salah satu café. Di luar dugaan kami ternyata hari itu, meskipun tidak disebutkan topik yang spesifik, materi yang dibawakan oleh para comic pria yang berusia rata-rata masih remaja sangat porno sekali. Saya dan rekan saya yang pria saja merasa tidak comfort dengan materi yang dibawakan-nya. Terlebih tidak ada tema khusus seperti pemberitahuan bahwa malam itu adalah dengan tema blue night. Padahal ada beberapa tamu wanita dan tentu saja pelayan wanita di café tersebut. Tidak sampai 10 menit kami terpaksa keluar karena tidak tahan dengan materi yang sangat porno/vulgar dan jauh dari kesan lucu.

Di dalam dunia komedi, banyak yang berargumen bahwa semakin sering tampil di panggung, maka akan semakin mahir membawakan materi. Saya termasuk salah satu yang tidak setuju dengan argumen tersebut. Argumen tersebut benar sepanjang para comic sudah belajar prinsip atau teori humor dengan benar.

Menurut Gershon Legman yang menggunakan Sigmund Freud sebagai referensi dalam buku-nya Rationale of the Dirty Joke-An Analysis of Sexual Humor menyatakan bahwa pria yang menceritakan joke yang sangat porno/vulgar kepada seorang wanita dapat dikatakan pria tersebut telah melakukan verbal rape. Kembali dalam konteks comic pria yang mengumbar materi yang sangat vulgar dan audience-nya ada wanita, maka dapat dikatakan comic tersebut telah melakukan verbal rape.

Gershon Legman menambahkan bahwa menurut Freud, menceritakan dirty joke dengan audience wanita perlu dilakukan dengan hati-hati. Alasannya adalah wanita tidak akan menolak untuk mendengar dirty joke dengan syarat si pencerita clever. ‘Clever’ dalam hal ini adalah mempunyai kemampuan untuk melakukan sensor terhadap kata-kata yang tabu. Jokes yang tidak sesuai dengan prinsip tersebut bertolak belakang dengan clever, atau dengan kata lain ‘stupid’!

Gershon Legman adalah pakar masalah dirty jokes. Rationale of the Dirty Joke adalah ‘clean’ dirty joke dengan jumlah halaman 816. Kemudian buku berikutnya adalah No Laughing Matter yang sering disebut sebagai ‘dirty’ dirty joke dengan jumlah halaman 992. Buku-buku karangan dari Gershon Legman yang lain adalah Oragenitalism: Oral Techniques in Genital Excitation, Love & Death: A Study in Cencorship, The Horn Book: Studies in Erotic Folklore, dan lain sebagainya. Karena terlalu porno materi buku-nya sehingga pada masa tersebut tidak ada perusahaan percetakan yang mau menerbitkan buku tersebut. Ditambah lagi kantor pos juga tidak mau mendistribusikan buku-buku karangan beliau.

Seorang akademisi Mikita Brottman khusus menulis sebuah buku Funny Peculiar-Gershon Legman and the Psychopathology of Humor karena prihatin banyak akademisi atau mahasiswa yang tidak memperhatikan Gershon Legman. Padahal menurut Brottman: “No study of humor or laughter would be complete without reference to Legman’s smart and funny scholarship.” Brottman juga menyatakan bahwa, sama seperti Freud, Legman berpendapat bahwa humor tidak dapat dipisahkan dengan sex.

Nah, apa kaitan artikel ini dengan Pakde Kartono? Menurut pendapat saya Pakde Kartono adalah satu satu kompasianer genius atau menurut Freud mengutip dari Legman adalah ‘clever’. Karena Pakde Kartono meskipun dalam artikel-artikelnya banyak membahas mengenai humor dan sex, tapi Pakde Kartono tahu batas-batasnya sehingga pembaca wanita tidak merasa dipojokkan dan juga selalu lolos sensor dari admin kompasiana. Bagi saya yang menjalankan profesi yang sangat serius, saya sering mampir ke kompasiana ke artikel Pakde Kartono. Terimakasih pakde atas komitmen satu hari satu artikel karena benar-benar sangat membantu saya wkwkwkwkwkwk

Terakhir saya mengutip dari Gil Greengross diambil dari buku Encyclopedia of Humor Studies yang di edit oleh Salvatore Attardo yang menyatakan bahwa: “sexual humor is appreciated more by people who exhibit a high sexual drive, have more positive attitudes toward sexuality, have greater sexual experiences, and generally enjoy sex more”. Oleh karena itu saya tidak ragu kalau kehidupan seks Pakde dan Bude dahsyat!

Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline