Lihat ke Halaman Asli

Deni Darmawan

Ikatlah Ilmu Dengan Tulisan - silahkan berkunjung ke www.denidarmawan.id

Guru Harus Lebih Produktif daripada Robot

Diperbarui: 14 Oktober 2019   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Prof. Dr. Ismunandar menyampaikan agar mempersiapkan guru professional dan berdaya saing di Era Disrupsi. 

Menjadi manusia di Era Revolusi Industri 4.0 harus lebih produktif dan lebih canggih dari mesin dan Robot. Indonesia perlu meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan teknologi digital. Teknologi akan melahirkan berbagai profesi yang saat ini belum ada. Ini menjadi peluang dan tantangan untuk Indonesia.

Ismunandar mengatakan, pekerjaan lama bisa saja menghilang dan muncul pekerjaan baru. "Di Indonesia sekitar 23 juta pekerjaan yang ada saat ini, akan digantikan otomasi pada tahun 2030. Pekerjaan yang hilang atau berisiko otomasi tersebut adalah pekerjaan yang bersifat repitisi atau berulang-ulang seperti data entry. payroll officer, production workers, machine operator dan dara collection," terangnya saat ditengah Seminar Nasional 2019 Fakultas Pendidikan Ppkn Universitas Pamulang (12/10/2019) di Aula Auditorium Pusat.

Jika era ini banyak menggunakan mesin atau robot, itu hanya pekerjaan yang diulang-ulang saja atau fungsinya sebagai transfers of knowledge. Manusia era ini, harus bisa kreatif, inovatif dan canggih melebihi robot. "Bagaimanapun, untuk pendidikan perlu seorang guru. Sebab, jika robot atau mesin bisa mentransfer pengetahuan,  tapi tidak bisa mentransfer nilai, memotivasi, membimbing dan mendidik" lanjutnya Ismunandar.

Era dulu, umumnya sekolah hanya mengulang pengetahuan, memproduksi pengetahuan yang lama (past reproducing knowledge). Sekolah di era ini seharusnya sudah menciptakan pengetahuan untuk masa depan (future creating knowledge). 

"Guru yang professional adalah yang kreatif dan inovatif, yang mau belajar untuk skil yang baru. Karena ini zamannya internet, guru memanfaatkan untuk pembelajaran yang kreatif dan inovatif, harus bisa melebihi robot. Oleh sebab itu, guru atau dosen sudah bisa menyiapkan lulusannya sesuai kebutuhan Industri atau masyarakat di era ini," jelasnya.

Ismunandar mengamati agar Indonesia harus bebenah tentang pendidikan. Dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) negara yang telah menyelesaikan pendidikan tinggu usia 25-46 tahun adalah Kanada sebanyak 56.7 persen. "Sedangkan di Indonesia 11.9 persen lebih rendah dari rata-rata tingkat pendidikan di negara OECD. Untuk peringkat Program for International Student Assessment (PISA), Indonesi peringkat 62 dalam science, 64 dalam math, dan 63 dalam reading, dari 70 negara di tahun 2015. Peringkat tertinggi adalah Singapore" ungkapnya.

Singapore, Jepang saja mempunyai sikap untuk berusaha lebih keras dalam hal science atau math. Untuk siswa Indonesia, pelajaran itu dianggap susah, maka tidak mau berusaha lebih keras. "Mereka (Singapore, Jepang) mempunyai sikap berusaha untuk bisa dan mampu, bakat saja tidak cukup. 

Sikap inilah yang perlu dicontoh. Tujuan pembelajaran tidak hanya sesuai standar atau test semacam ulangan, tapi juga ada pembelajran tingkat tinggi dan kolektif. Materi hanya sarana saja, di kelas siswa sudah diskusi, berfikir tingkat tinggi, memberikan solusi dan menalar dengan gurunya," terangnya.

Menjadi guru diabad 21 atau era revolusi industri 4.0 tidak gagap teknologi (gaptek), mau belajar (collaborative), mempunyai kemampuan lain, mampu mengakses dan membuat sumber pengetahuan digital. 

"Guru harus mempunyai kemampuan lain, tidak hanya menjadi guru Ppkn saja, tapi juga bisa mengajar pelajaran lain, lebih kreatif dan inovatif. Jika saja Robot sudah mempunyai artificial intellegent, yaitu kemampuan robot yang kreatif, maka sudah saatnya guru lebih kreatif daripada robot," tutupnya ditengah mahasiswa Unpam Fakultas Pendidikan Ppkn.

Penulis: Deni Darmawan  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline